• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Pustaka

Dalil Agama dan Islam Eklektik ala Gus Dur

Dalil Agama dan Islam Eklektik ala Gus Dur
Sampul buku Dalil-Dalil Agama Gus Dur: Dalil-Dalil Kunci Pergumulan Islam Indonesia. (Foto: NOJ/ ISt)
Sampul buku Dalil-Dalil Agama Gus Dur: Dalil-Dalil Kunci Pergumulan Islam Indonesia. (Foto: NOJ/ ISt)

Buku ini membuka pembahasan pada satu elemen kunci yaitu “dalil”. Nur Khalik Ridwan, sebagai penulis buku setebal 378 halaman ini memang hanya memfokuskan pembahasan dalam buku ini pada dalil. Dan, substansi buku ini memang mengangkat topik seputar dalil.

 

Di dalam laman islam.nu.or.id, dalil diartikan sebagai sesuatu yang memungkinkan kita memperoleh pengetahuan yang bersifat berita, bukan pengetahuan indrawi. Sedang KBBI menyebutnya sebagai keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran, terutama berdasarkan ayat Al-Qur’an. Jadi, dalil adalah pengetahuan atau keterangan yang bisa menjadi bukti kebenaran.

 

Bagaimana bentuk dalil dalam konteks buku ini? Dalil-dalil tentang agama yang biasa digunakan oleh Gus Dur, atau lebih tepatnya, dalil-dalil kunci dalam perjuangan Islam di Indonesia. Istilah ini cukup menarik. Menurut penulis buku ini, Gus Dur kerap kali mengutip hadits  dan hikmah tanpa menyebutkan sumbernya, dengan menggunakan frasa seperti "ada adagium yang mengatakan" atau "ada kaidah yang menyebut," dan sejenisnya. Menurut Gus Dur, dalil agama dapat berupa ayat, hadits, hikmah, dan kaidah.

 

Adakah dalil-dalil kunci yang diulas dalam buku ini? Buku ini memuat sekitar 45 dalil. Dimulai dari yang membahas tentang ummatan waahidah hingga kemampuan berbicara kepada manusia dalam konteks khatibin naas ‘ala qodri uquulihim (berbicara kepada manusia sesuai dengan kemampuan akal mereka), dan terakhir, perjuangan untuk Islam wasathiyah dalam masyarakat dan bangsa. Penjelasan mengenai dalil-dalil kunci ini sangat menarik dan perlu dicermati.

 

Sebagai contoh, Gus Dur sering menggunakan kaidah tasharroful imam ‘ala ar-ra’iyah (tindakan/kebijakan seorang pemimpin atas rakyat yang dipimpin sepenuhnya bergantung kepada kebutuhan/kesejahteraan mereka), dar-ul mafaasid muqaddamun ‘ala jalbil mashaalih, dan al- muhafazhah ‘alal qadiimish shaalih (meninggalkan keburukan-keburukan lebih diutamakan daripada kehendak mengambil kebaikan-kebaikan).

 

Islam Eklektik
Khusus untuk kaidah al-muhafazhatu ‘alal qadimish shaalih wal akhdzu bil jadidil ashlah (memelihara apa yang baik dari masa lampau dan menggunakan hanya yang lebih baik dalam hal yang baru), penulis memberikan penjelasan yang cukup panjang dengan tambahan poin penjelasan di 7 bab berbeda yang sebagian besarnya mengulas secara mendalam tentang Islam eklektik, dengan penambahan penjelasan yang menarik mengenai konsep tersebut. Islam eklektik dalam buku ini diartikan sebagai proses positif penyerapan nilai-nilai budaya luar tanpa merusak identitas sebagai umat Islam, sebuah prinsip yang dipegang teguh oleh Gus Dur.

 

Gus Dur menyebutkan satu contoh tentang pondok pesantren di Malaysia untuk menggambarkan pentingnya sikap eklektik, yang merupakan watak dari Islam dan sejarah umat Islam, untuk kemaslahatan umat Islan sendiri, yang perlu dimiliki pondok pesantren dan Islam tradisi. "Satu contoh, pesantren-pesantren di Malaysia tidak mau menerima nilai-nilai baru yang datang dari luar, seperti sistem sekolahan atau sistem jadwal. Pesantren di sana tetap  mempertahankan pola-pola lama di dalam mengolah pendidikannya. Akhirnya, pesantren di sana ditinggalkan arus kehidupan masyarakat sekelilingnya. Orang mau masuk ke pesantren, pada umumnya, jika telah mengalami kejenuhan dan kejemuan kehidupan kota yang urban. Pesantren, dengan demikian, lalu menjadi tempat pelarian bagi mereka yang frustrasi dengan kehidupan kota." (Hal. 334).

 

Sistematika penulisan buku ini mengikuti alur yang logis dan terstruktur. Dimulai dari pengantar, pembahasan pengertian dalil, eksposisi tentang dalil-dalil agama Gus Dur, kaidah, konsep Islam eklektik, hingga kesulitan umat Islam bersatu. Ditambah dengan penjelasan yang cukup untuk memberikan kejelasan pada pembaca tentang dalil yang dibahas.

 

Buku ini memiliki kualitas kertas yang cukup baik karena menggunakan book paper sehingga untuk ketebalan 378 halaman buku ini masih tergolong ringan. Cover buku ini juga cukup simple tetapi menarik dengan foto Gus Dur full colour di bagian depan dengan kualitas soft cover. Huruf-huruf dalam buku ini tercetak cukup jelas dengan ukuran font standar sehingga masih cukup nyaman untuk dibaca. Layout buku ini juga cukup menarik karena setiap satu dalil itu dipisahkan seperti bab tersendiri dan di setiap awal bab dalil akan ada satu ungkapan Gus Dur yang bisa dijadikan kutipan.

 

Buku ini unggul dalam fokusnya pada dalil-dalil agama yang sering diutarakan oleh Gus Dur. Penulis memberikan penjelasan secukupnya, mengambil inspirasi langsung dari tulisan-tulisan dan penjelasan Gus Dur sendiri. Pendekatan ini minim campur tangan penulis, memberikan wawasan mendalam dan memastikan interpretasi tetap setia pada pandangan asli Gus Dur.

 

Penjelasan yang rinci dan beragam mengenai konsep Islam eklektik, bersama dengan analisis tantangan dan kesulitan dalam mencapai persatuan umat Islam, memberikan manfaat besar dalam memperluas pemahaman kita tentang moderasi beragama. Buku ini juga memberikan wawasan yang berharga terkait dengan konsep Islam washatiyah dan ummatan wahidah di era kontemporer.

 

Buku ini memberikan pemahaman mendalam tentang dalil agama, menguatkan konsep Islam eklektik, memberikan wawasan tentang tantangan umat Islam bersatu, menjelaskan konsep Islam wasathiyah dan ummatan wahidah, serta memudahkan pemahaman argumentasi dari dalil kunci Gus Dur. Dengan demikian, buku ini berpotensi memperkaya pemahaman keislaman masyarakat dan membantu menjaga nilai-nilai tradisional secara bijaksana.

 

Buku ini memiliki nilai tambah dengan mempermudah pembaca untuk memahami argumentasi yang mendasari dalil-dalil kunci yang sering digunakan oleh Gus Dur. Hal ini memberikan aksesibilitas dan kemudahan bagi pembaca yang ingin menggali lebih dalam pemikiran dan pendekatan Gus Dur terhadap ajaran Islam.

 

Salah satu kekurangan buku ini terletak pada kurangnya pemisahan yang khusus antara dalil-dalil yang bersumber dari ayat Al-Qur'an, hadits nabi, ungkapan hikmah (mahfuzhat), dan kaidah-kaidah yang sering digunakan oleh Gus Dur. Keterbatasan ini mungkin membuat beberapa pembaca mengalami kesulitan dalam membedakan unsur-unsur tersebut. Sebuah peningkatan dapat dilakukan dengan membuat empat bab besar yang memisahkan keempat unsur tersebut, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami dan menelusuri setiap aspek dengan lebih jelas.

 

Identitas Buku:

Judul: Dalil-Dalil Agama Gus Dur: Dalil-Dalil Kunci Pergumulan Islam Indonesia
Penulis: Nur Khalik Ridwan
Penerbit: Diva Press
Tahun Terbit: 2021
Tebal: 378 halaman
Peresensi: Fitrur Rahman Albabil Umam, mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia sekaligus mahasantri Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia.


Pustaka Terbaru