Kitab Sullamul Munajat: Tangga untuk Merayu Tuhan

Al-Imam Al-'Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi'i atau kita kenal sebagai Imam Nawawi Shoghir lahir di Tanara, Serang, Banten, sekitar tahun 1230 H atau 1813 M. Dan wafat di Mekkah, Hijaz, sekitar tahun 1314 H atau 1897 M.
 

Salah satu karya masyhur beliau adalah Kitab Sullam al-Munajat Syarh Safinah al-Shalah, sebuah kitab Syarh dari kitab Safinah Al-Shalat yang mengkaji dua hal, yakni aqidah tentang makna dua syahadat dan fiqh salat yang sangat masyhur, khususnya di kalangan pesantren.
 

Kitab Sullamul Munajat ini adalah kitab fiqh ringkas mengenai tuntutan perlaksanaan ibadah salat, ringkasan cara bersuci dan kaedah-kaedah perlaksanaan shalat menurut mazhab Imam al-Syafi’i.
 

Dalam rangka memperluas pembahasan tentang salat, Syekh Nawawi al-Bantani menulis kitab syarh Safinah al-Shalat yang berjudul Sullam al-Munajat. Syarh ini sesuai dengan isi dalam kitab matan, yaitu bidang akidah dan bidang tuntunan shalat.
 

Gaya pensyarahannya, Syekh Nawawi mengemukakan uraian tambahan di bawah pernyataan tanbih, far’un, dan i’lam; ungkapan ini semuanya berjumlah 7 kali. Kemudian, untuk mempermudah analisis, Syekh Muhammad Nawawi menyediakan ilustrasi untuk mempermudah masalah-masalah tertentu.
 

Begitu pula dalam masalah penentuan arah kiblat, beliau membuat ilustrasi pemetaan falakiyah; dalam masalah hubungan wudhu, mandi, dan salat, Syekh Muhammad Nawawi membuat tabel linier; dan dalam pembahasan hikmah dan makna shalat, beliau membuat gambar model hierarkis. Kemudian, dalam melengkapi penjelasan, Beliau melengkapi dengan ilustrasi atas masalah pembahasan. 
 

Syaikh Nawawi menggunakan bahasa Arab yang sederhana dan tidak berbelit, sehingga kitab ini layak untuk menjadi acuan dalam berakidah dan melaksanakan tuntunan shalat; baik secara kolektif atau tidak. Meski antologi beliau bertuliskan Arab, bagi orang Indonesia yang tidak pandai atau tidak bisa berbahasa Arab tidak perlu khawatir. Karena kitab ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
 

Meski demikian, kitab ini kurang cocok dan sepi peminat. Karena kitab ini masih menengah untuk pembelajaran santri. Dan kita tahu, bahwa umumnya yang mengkaji kitab klasik adalah santri. Pun, masih banyak kitab fiqh lain yang lebih cocok dan mainstream untuk dikaji. Sehingga kitab ini mengharuskan turun dari pasar global.