Al-Qur’an bagaikan samudra bentangan ilmu yang tidak terbatas yang hadir untuk seluruh manusia. Isi kandungan dalam Al-Qur’an menyediakan solusi terhadap berbagai problematika kehidupan sosial, baik individual maupun kolektif. Bahkan dalam suatu hadist Rasulullah pernah memberikan pesan kepada umatnya untuk selalu menempatkan kitab Allah dan sunnah sebagai rujukan pertama dalam setiap langkah kehidupan.
Sebagai kitab kehidupan, sudah semestinya sepanjang zaman penafsiran Al-Qur’an harus selalu dilakukan. Namun untuk menafsirkan Al-Qur’an membutuhkan kecermatan dan kehati-hatian. Oleh karena itu, diperlukan seperangkat ilmu dan pengetahuan untuk menafsirkan Al-Qur’an yang biasa disebut Ulumul Qur’an. Sehingga siapapun orang yang ingin menafsirkan Al-Qur’an harus mempelajari Ulumul Qur’an.
Secara etimologi Ulumul Qur’an ialah ilmu yang pembahasannya berkaitan tentang Al-Qur’an, sebagaimana pokok pokok di dalamnya yang bisa dilihat dari segi asbabun nuzul, urutan ayat, pengumpulan ayat, penulisan ayat, pembacaan ayat, tafsir ayat, ijaz, nasikh-mansukh, dan lain sebagainya.
Adapun mengenai kitab yang membahas hal tersebut salah satunya kitab Mawaridul Bayan karya KH M Afifuddin Dimyathi. Menurut beberapa akademisi sebelumnya, kitab ini bisa digunakan sebagai rujukan awal bagi para pembelajar pemula karena konteks penjelasannya mudah dipahami.
Biografi Gus Awis
KH M Afifudin Dimyathi lahir di Jombang, Jawa Timur 7 Mei 1979. Nasabnya dari jalur ayah, Gus Awis, sapaan akrabnya, adalah putra KH Dimyati bin KH Romli At-Tamimi. Kiai Romli Tamim adalah seorang mursyid (guru) Thoriqoh Mu’tabaroh Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, yang jalur kememursyidannya sampai ke Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani hingga Nabi Muhammad SAW. Sementara dari jalur ibu, Gus Awis merupakan cucu dari Kiai Ahmad Marzuki Zahid Langitan yang nasabnya sampai ke Sunan Bonang, Tuban.
Gus Awis menempuh kuliah S1 di Al Azhar University, Mesir jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Sedangkan pendidikan S2 ia tempuh di Khartoum International Institute for Arabic Language, kemudian S3 di Al Neelain University dengan jurusan Tarbiyah konsentrasi Kurikulum dan Metodologi Pengajaran Bahasa Arab.
Rekam jejak Gus Awis dapat dilihat dari beberapa karyanya yaitu Muhadarah fi ilm Lughah al Ijtima’i, Sosiolinguistik, Mawarid al bayan fi Ulm Al-Qur’an, Safa al Lisaan fi I’rab Al-Qur’an, al Syamil fi Balaghat Al-Qur’an , Irsyad al Darisin ila Ijma’ al Mufassirin, ilm Al Tafsir; Usuluh Wa Manahijuhu, Jam’u al ‘Abir fi Kutub Al Tafsir, dan masih banyak lagi yang bisa ditemukan dalam bentuk artikel-artikel kecil lainnya.
Kitab Mawarid Al Bayan
Latar belakang penulisan kitab Mawarid Al Bayan fi Ulum al-Qur’an, yaitu ketika Gus Awis diminta untuk menjadi dosen di UIN Tulungagung Program Studi Al-Qur’an. Dalam hal ini tentu tidak hanya dikhususkan untuk kajian oleh mahasiswa saja akan tetapi juga sebagai media pembelajaran Al-Qur’an bagi para santri di pesantren.
Kitab Mawarid Al Bayan ini berisi 27 pembasahan dengan menggunakan bahasa Arab. Adapun isinya berupa ilmu Al-Qur’an, ilmu Tafsir dan kajian beberapa kitab tafsir klasik maupun kontemporer. Sedangkan dalam lingkup ilmu Al-Qur’an pembahasan dalam kitab ini sama dengan kitab tafsir lainnya seperti pengumpulan mushaf mulai dari turunnya Al-Qur’an, sebab-sebab turunnya Al-Qur’an, pengurutan di dalam Al-Qur’an, tulisan-tulisan yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan tafsir-tafsir mengenai isi kandungan Al-Qur’an.
Terlepas dari hal tersebut ilmu tafsir dalam kitab ini juga menjelaskan tentang makkiyah dan madaniyah, nasakh dan Mansukh, serta dilengkapi penjelasan dari beberapa hukum, mutasyabih dan lain sebagainya.
Hal yang unik dari kitab ini sekaligus sebagai titik pembeda dari kitab-kitab lainnya ialah kitab ini menggunakan sistematika berupa peta konsep yang memudahkan pelajar dalam mengemas pokok-pokok pembahasan studi Al-Qur’an.
Meskipun yang tercamtum dalam artikel ini merupakan representasi kecil tentang pertumbuhan dan perkembangan Al-Qur’an, akan tetapi pembahasan komprehensifnya bisa dibaca langsung dari kitab tersebut.
Kitab yang ditulis oleh salah satu mufassir nusantara ini bisa dijadikan referensi terkait studi literatur Al-Qur’an yakni sebagai pegangan dasar untuk memahami Al-Qur’an, karena penulisnya juga dari Indonesia. Hal ini supaya menjadi dorongan semangat kepada akademisi Al-Qur’an di Indonesia agar terus berkembang.
Identitas buku:
Judul: Mawaridul Bayan Fi Ulumil Qur’an
Penulis: Dr. KH M Afifuddin Dimyathi, MA
Penerbit: Lisan Arabi
Tahun terbit: 2016
Tebal: 177 halaman
Peresensi: Novia Ulfa Isnaini, mahasiswi UIN KH Ahmad Shiddiq Jember.
Terpopuler
1
Innalillahi, KH M Syafi’ Misbah Pengasuh Pesantren Al Hidayah Tanggulangin Sidoarjo Wafat di Makkah
2
Khutbah Jumat: Ibadah Kurban dan Ikhtiar Meneguhkan Silaturahim
3
Makna Idul Adha: dari Ritual Agama menuju Revolusi Kepedulian
4
3 Amalan Sunnah Istimewa di Hari Tasyrik
5
Khutbah Idul Adha: 3 Hikmah Hari Raya Kurban
6
Grand Final Duta Kampus Unisma 2025, Representasi Menuju WCU
Terkini
Lihat Semua