• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Pustaka

Mengenal Sejarah Perkembangan Kesusastraan Arab

Mengenal Sejarah Perkembangan Kesusastraan Arab
Cover buku Teori Kesusastraan Arab: Sebuah Pengantar. (foto: NOJ/Firdausi)
Cover buku Teori Kesusastraan Arab: Sebuah Pengantar. (foto: NOJ/Firdausi)

Buku teori kesusastraan Arab yang ditulis oleh Iftitah memberikan angin segar kepada para pelajar dan mahasiswa yang menempa ilmu di lembaga pendidikan Islam. Diketahui, disuguhkannya pengantar kesusastraan ini memberikan modal pengetahuan awal bagi santri yang mempelajari kesusastraan Arab. Berikut contoh penggalan puisi Ad-Dzibyani yang ada di dalam buku ini. Di mana puisi tersebut cenderung terikat pada wazan dan rima dalam sebuah sajak. 

 

فَإِنَّكَ شَمْسٌ وَالمُلُوكَ كَوَاكِبٌ # إِذَا طَلَعْتَ لَمْ يَبِدْ مِنْهُنَّ كَوْكَبٌ

 

Artinya: "Engkau adalah matahari sedangkan para Raja yang lain adalah bintang-gemintang. Bila engkau terbit tidak ada satu bintang pun yang mampu menampakkan dirinya."

 

Berangkat dari contoh di atas, alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk itu menegaskan di dalam bukunya, membaca kompleksitas karya sastra secara kritis membutuhkan kematangan berpikir secara luas dan mendalam. Salah satunya menguasai teori yang akan membantu mengurai persoalan-persoalan kesusastraan.

 

Sebelum pembaca mengetahui kajian teori lebih dalam, pembaca akan kaget saat penulis menyambungkan puzzle dinamika perkembangan sastra Arab. Menurutnya, dibanding sastra Barat, teori sastra Arab dikatakan telat dan kurang mendapat perhatian dari pengkaji sastra. Hasan Taufiq Al-'Adl seorang pionir yang mengenalkan sejarah sastra Arab, terdorong dan prihatin terhadap sejarah kesusastraan bangsanya setelah melihat gemerlap kemajuan sastra Eropa.

 

Keterlambatan itu terjadi pula di Indonesia. Karena masyarakat lebih mudah menemukan buku pengantar sastra Eropa. Berbekal semangat Hasan Taufiq Al-'Adl, penulis mempersembahkan karyanya yang sangat praktis yang dilengkapi dengan langkah-langkah metodologis untuk melakukan telaah kesusastraan Arab secara akademis.

 

Tak hanya itu, buku ini menyajikan pada pembaca soal teori kritik sastra Arab yang berguna dalam sebuah penelitian. Mulai dari studi Linguistik dan Strukturalisme yang meliputi balaghah dan semiotika; Pascamodernisme dan Pascastrukturalisme yang terdiri sosiologi sastra, psikoanalisis, analisis wacana dan feminisme; Pascakolonialisme yang mencakup studi orientalisme, oksidentalisme, hibriditas dan travel writing.

 

Jika membacanya secara perlahan, pembaca akan diajak mengarungi sejarah panjang sastra Arab secara periodik. Secara historis, diskursus sastra mengalami perkembangan mengiringi perjalanan hidup manusia. Baik secara terminologi, karakteristik, ide atau gagasan dalam sebuah karya maupun bentuk penulisan. Berikut deskripsi singkat perjalanan sastra Arab dari masa ke masa.

 

1. Sastra Arab Jahiliyah. Masa sebelum kedatangan Islam antara 410/460 H sampai 610 M. Saat itu warga belum mengenal konsep pemerintahan dan cenderung hidup berkelompok.

 

2. Sastra Arab Shadru Al-Islam. Masa kemunculan Islam yang dibawa Nabi Muhammad Saw sekitar tahun 610-622. Kala itu Al-Qur'an dianggap memiliki kesusastraan yang sangat tinggi.

 

3. Sastra Arab Umayyah. Masa sejak Mu'awiyah bin Abi Sufyan diangkat sebagai khalifah atau setelah Ali bin Thalib wafat 661. Sastra pada masa itu cenderung bernuansa politik. Penyair menjadikan kesempatan itu untuk mendapatkan imbalan dari pemimpin.

 

4. Sastra Arab Abbasiyah. Di era keemasan itu, pemimpin mendorong untuk menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab dan melahirkan genre baru dalam kesusastraan dan melahirkan ilmuwan yang handal dalam setiap bidang.

 

5. Sastra Arab Andalusia. Masa ini berlangsung sekitar 710 dibawah kepemimpinan Tharif bin Malik yang bisa menduduki Andalusia. Keunggulan sastra Arab mampu menghipnotis orang Spanyol.

 

6. Sastra Arab Al-Intihat. Periode ini dibagi menjadi 2, yaitu Mamluk setelah runtuhnya Abbasiyah dan awal kemunculan Utsmaniyah di Mesir. Sejak ditaklukkan Mongolia, sastrawan tertekan sehingga beralih ke ilmu keislaman pada pembesarnya. Namun tetap mengikuti bentuk periode sebelumnya.

 

7. Sastra Arab kebangkitan baru. Masa transisi umat Islam dari masa keterpurukan menuju pembaruan yang dipengaruhi kejayaan Eropa.

 

8. Sastra Arab Al-Mu'ashir (kontemporer). Kesusastraan yang berkembang pada saat ini.

 

Iftitah juga membedah semua mazhab kesusastraan yang memiliki kesinambungan antara satu sama lain. Bahkan penulis melengkapinya dengan tokoh dan contoh karya mereka. Ia mengelompokkan sastra Arab menjadi dua, yaitu (1) Mazhab Al-Gharbiy, klasifikasi sastra Arab sebelum kedatangan Islam hingga masuk abad modern; (2) Mazhab As-Shina'iy, bentuk respon Syauqi Dhaif terhadap karakteristik pengelompokan sastra Arab yang cenderung mengikuti ciri khas Barat.

 

Dengan demikian, hadirnya buku ini memberikan pengetahuan pada pembaca bahwa karya sastra sepantasnya tidak hanya dibaca sebatas persoalan keindahan bahasa dan makna, tetapi dapat dilihat dari berbagai aspek. Baik dari aspek historis, sosiologis, psikologis, hingga wacana-wacana yang mendorong seseorang memahami ajaran-ajaran tertentu yang ditawarkan oleh pengarang sebagai salah satu alternatif pandangan hidup dan petunjuk adanya kehidupan yang dimungkinkan.

 

Identitas Buku

Judul: Teori Kesusastraan Arab: Sebuah Pengantar

Penulis: Iftitah

Penerbit: Cantrik Pustaka, Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia)

Tahun Terbit: Oktober 2022

ISBN: 978-623-6063-17-0

Tebal Buku: 336 halaman

Peresensi: Firdausi, Ketua Lembaga Ta'lif wan-Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Sumenep


Pustaka Terbaru