• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Begini Cara Almaghfurlah Kiai As’ad Ajak Preman Shalat Jumat

Begini Cara Almaghfurlah Kiai As’ad Ajak Preman Shalat Jumat
Almaghfurlah KHR As'ad Syamsul Arifin bersama mendiang Soeharto saat Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Pesantren Sukorejo, Situbondo. (Foto: NOJ/Istimewa)
Almaghfurlah KHR As'ad Syamsul Arifin bersama mendiang Soeharto saat Muktamar ke-27 NU tahun 1984 di Pesantren Sukorejo, Situbondo. (Foto: NOJ/Istimewa)

Dalam sebuah kesempatan, KH Miftachul Akhyar mengajak semua kalangan untuk senantiasa berdakwah dengan cara yang baik. Menurut Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini, berdakwah merupakan satu di antara tugas penting ulama dan tidak ada suatu posisi yang lebih tinggi daripada berdakwah. 


“Dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela,” kata Pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Kota Surabaya tersebut. 


Dan hal tersebut telah dicontohkan oleh almaghfurlah KHR As'ad Syamsul Arifin selaku Pengasuh Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Situbondo saat menyuruh para preman di daerah Bondowoso untuk ikut shalat Jumat. 


Cerita yang disampaikan oleh salah seorang santrinya, H Ikrom Hasan sekaligus menunjukkan dari kehebatan ilmu kanuragan Kiai As'ad. Tak hanya ilmu agama yang dikuasai oleh kiai yang telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional itu, tapi juga ilmu bela diri dan sejenisnya. Berkat reputasinya dalam dunia persilatan tersebut, banyak preman, jawara, bromocorah dan sejenisnya yang segan kepada Kiai As'ad. Jadi, tidak heran jika apa yang diucapkan oleh Kiai As'ad menjadi semacam perintah yang wajib untuk dipatuhi. Bagi mereka, mematuhi perintah Kiai As'ad adalah suatu kebanggaan tersendiri. 


Meski demikian, Kiai As'ad tidak serta merta memaksa mereka untuk melakukan shalat, misalnya. Pemaksaan dalam hal beragama, bukanlah cara yang tepat untuk diterapkan dalam berdakwah. Apalagi bagi kalangan yang awam dari ilmu agama. Kiai As'ad punya cara tersendiri untuk mendakwahi mereka. 


Dalam suatu kesempatan, Kiai As'ad mengumpulkan para preman tersebut. Di pertemuan itu, Kiai As'ad minta tolong kepada mereka untuk menjaga sandal para jamaah shalat Jumat yang kerap hilang. 


"Sandal jamaah di masjid ini sering hilang kalau shalat Jumat, saya bisa minta tolong untuk menjagakannya agar tidak hilang?" pinta Kiai As'ad.


Seketika dedengkot para preman itu, menyanggupinya.


"Gampang itu, Kiai. Paling yang mencuri ya anak buah saya. Biar saya yang akan menjaga," katanya dengan bangga. 


Pertemuan pun diakhiri dengan kesepakatan sebagaimana di atas. Kiai As'ad berpamitan seraya mengucapkan terima kasih kepada para preman tersebut. Hari Jumat pun tiba. Si dedengkot preman itu tampak berjaga di dekat masjid. Berkat pengawasannya tersebut, tak ada sepasang sandal pun yang hilang. Begitupun jumat berikutnya. 


Hingga pada Jumat keempat, si dedengkot preman yang menjaga sandal itu merasa ada yang aneh. Sebagai sosok yang disegani dan ditakuti banyak orang, ia merasa tidak kelasnya untuk melakukan tugas tersebut.  


"Masak sih saya menjaga sandal tukang becak, penjual kacang dan orang-orang remeh itu," gugatnya. "Seharusnya saya juga shalat dan sandal saya yang dijaga," imbuhnya. 


Persoalan itu, lantas ia adukan ke Kiai As'ad. Dengan tenang Kiai As'ad balik bertanya. 


"Kalau sampean ikut shalat, lantas siapa yang menjaga sandalnya?" 


"Tenang, Kiai," jawab si dedengkot preman. 


"Saya punya banyak anak buah. Biar mereka yang menjaga, saya yang shalat," tegasnya. 


Kiai As'ad pun menyetujuinya sembari mengucap syukur dalam hati atas hidayah yang tak langsung diberikan kepada si preman tersebut. Proses itu pun berlanjut ke preman lainnya. Saat disuruh menjaga sandal, ia pun merasa aneh. "Masak, preman suruh menjagakan sandal preman," gugatnya balik. Akhirnya, mereka satu per satu pun ikut shalat Jumat. 

  

Demikianlah cara Kiai As'ad mendakwahkan ajaran-ajaran Islam. Penuh kearifan, tanpa ada pemaksaan yang terkadang berujung pada pemberontakan. Namun, lanjut H Ikrom, selama proses dakwah tersebut, Kiai As'ad tak pernah berhenti bertaqarub kepada Allah. Ia bermunajat meminta kepada Sang Khalik untuk memberikan hidayah kepada para preman tersebut. Berkat kekuatan doa Kiai As'ad itulah, para preman mendapatkan hidayah. 
 


Rehat Terbaru