• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 3 Mei 2024

Rehat

UMRAH RAMADHAN 2023

Beruntungnya Jamaah yang Bisa Mencium Hajar Aswad

Beruntungnya Jamaah yang Bisa Mencium Hajar Aswad
Sangat beruntung jamaah yang bisa mencium Hajar Aswad. (Foto: NOJ/TFm)
Sangat beruntung jamaah yang bisa mencium Hajar Aswad. (Foto: NOJ/TFm)

Makkah, NU Online Jatim

Sejak berangkat dari Tanah Air, warga Jombang ini sudah membulatkan tekad untuk bisa mencium Hajar Aswad. Karenanya, beberapa pengalaman dari pihak lain dikumpulkan agar saat tiba waktunya berada di sekitaran Ka’bah bisa mencium batu hitam tersebut.


Dan benar juga, kendati dalam posisi puasa terus berupaya mendekat Hajar Aswad. Usai merampungkan putaran tawaf sunah yang dilakukan, dirinya merapat di sudut Ka’bah dan sejurus kemudian seperti ada kekuatan yang mengajak wajahnya untuk masuk ke Hajar Aswad tersebut, berebut dengan jamaah lain.

 

“Hanya singkat, dan saya seolah tidak bisa bernafas,” akunya di kamar hotel.

 

8 Kelebihan Hajar Aswad

Hajar Aswad merupakan batu hitam yang awal mulanya berasal dari surga. Sebelum berwarna hitam seperti yang dapat disaksikan sekarang, Hajar Aswad berwarna putih. Namun karena dosa-dosa manusia, batu ini kemudian berubah menjadi hitam.  

 

Ada beberapa fakta tentang kelebihan yang dimiliki Hajar Aswad sebagaimana diungkapkan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki dalam karyanya: Al-Hajj Fadlail wa Ahkam, halaman 263 sebagai berikut:

 

1. Agama mensyariatkan mencium serta mengusapkan tangan pada batu hitam ini.

Hal tersebut sesuai dengan kisah Sayyidina Umar radliyallahu anh, yang suatu saat mendatangi Hajar Aswad lalu menciumnya. Umar berkata:

 

إِنِّي أَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّي رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

 

Artinya: Sungguh, aku tahu, kamu hanya batu. Tidak bisa memberi manfaat atau bahaya apa pun. Andai saja aku ini tak pernah sekalipun melihat Rasulullah Shallahu Alaihi  Wasallam menciummu, aku pun enggan menciummu. (HR Bukhari).


Hadits di atas dapat dipahami, Umar telah menyaksikan Rasul mencium Hajar Aswad dengan mata kepalanya sendiri, sehingga menjadikannya ingin meniru perilaku Nabi sebagaimana di atas. 


Meski secara kasat mata batu itu tidak bisa memberi manfaat dan bahaya sama sekali, menurut Musthafa Dib al-Bagha, Hajar Aswad tetap bisa memberi manfaat dari sisi mendatangkan pahala menciumnya. Sunah Nabi-lah  yang mengakibatkan pahala itu bisa didapatkan. Bukan semata-mata karena batu itu bertuah.

 

2. Hajar Aswad menduduki tempat paling mulia di muka bumi ini.

Terletak tepat di pojok Ka’bah pada bagian timur laut Ka’bah. Sudut ini yang dibangun pertama kalinya oleh Nabi Ibrahim bersama Ismail.

 

  وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

 

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): Ya Tuhan Kami terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 127) 

 

3. Hajar Aswad berada di tempat di mana posisinya selalu menjadi permulaan tawaf, yaitu terletak pada bagian sudut timur laut dari bangunan Ka’bah. Sedangkan semua orang tawaf selalu memulai tawafnya dari situ. 

 

4. Sebagaimana yang diriwayatkan Abu Ubaid, Rasulullah mengkiaskan Hajar Aswad sebagai ‘tangan Allah’ di bumi. Barang siapa yang mengusap Hajar Aswad, seolah-olah sedang bersalaman dengan Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ. Selain itu, ia dianggap seperti sedang berbaiat kepada Allah dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Allaihi Wasallam. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad:

 

  مَنْ فَاوَضَهُ، فَإِنَّمَا يُفَاوِضُ يَدَ الرَّحْمَنِ

 

Artinya: Barang siapa bersalaman dengannya (Hajar Aswad), seolah-olah ia sedang bersalaman dengan Allah Yang Maha Pengasih. (HR Ibnu Mâjah: 2957)

 

5. Hajar Aswad mempunyai cahaya yang memancar besar. Namun Allah Subhânahu Wa Ta’âla menutupnya sebagaimana dalam riwayat Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Hibbân. 

 

6. Pada hari kiamat, Hajar Aswad akan menjadi saksi bagi siapa saja yang pernah menyentuhnya dengan sungguh-sungguh sebagaimana hadits yang diriwayatkan dalam kitab As-Sunan karya At-Tirmidzi dan Al-Ausath karya At-Thabrany. 

 

7. Hajar Aswad akan memberikan syafaat dan syafaatnya diterima Allah Subhânahû Wa Ta’âlâ sebagaimana dijelaskan dalam hadits riwayat At-Thabrany. Meskipun hadits ini ada banyak tinjauan-tinjauan di sana.

 

8.Hajar Aswad seolah-olah merupakan tangan Allah yang ada di muka bumi ini. Hadits berikut ini saling menguatkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga menjadi hadits hasan:

 

 إِنَّ الْحَجَرَ الْأَسْوَدَ يَمِينُ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ، فَمَنْ لَمْ يُدْرِكْ بَيْعَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَسَحَ الْحَجَرَ، فَقَدْ بَايَعَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ»

 

Artinya: Sesungguhnya Hajar Aswad merupakan (seolah) tangan Allah di muka bumi. Barang siapa yang tidak bisa berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, kemudian mengusap Hajar Aswad, maka ia sedang berbaiat kepada Allah dan Rasul-Nya. (Muhammad al-Azraqi, Akhbaru Makkah wa Mâ Jâa minal Âtsâr, Beirut, juz 1, halaman 325).
 

Menjadi terang benderang ya, mengapa umat Islam saat berada di sekitaran Ka’bah demikian terobsesi untuk mencium Hajar Aswad. Namun demikian, banyak hal yang hendaknya dipersiapkan saat akan mendekati kawasan ini karena memang begitu digandrungi jamaah. Sebaiknya lebih memperhatikan keselamatan diri dan tidak terlalu memaksakan kala suasana kurang mendukung.


Rehat Terbaru