• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Rehat

Kisah Perempuan Meninggal Meraih Derajat Mulia Berkah Shalawat Ibunda

Kisah Perempuan Meninggal Meraih Derajat Mulia Berkah Shalawat Ibunda
Berkah shalawat, tujuh puluh ribu ahli kubur bisa diselamatkan dari siksaan. (Foto: NOJ/NU Network)
Berkah shalawat, tujuh puluh ribu ahli kubur bisa diselamatkan dari siksaan. (Foto: NOJ/NU Network)

Saat ini umat Islam telah berada di bulan Rabiul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan Maulid. Bulan sebagai penghormatan atas kelahiran Nabi Muhammad SAW dan kemudian aneka kegiatan mengiringi selama bulan ini bahkan hingga sesudahnya.


Salah satu amalan yang sangat disarankan dalam keseharian, utamanya ketika memasuki bulan Maulid adalah memperbanyak membaca shalawat. Aneka kurnia dan fadhilah diterima mereka yang dengan tulus membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.


Salah satu yang bisa dijadikan refleksi sekaligus renungan yang ujungnya akan membuat umat Islam kian gemar membaca shalawat adalah cerita berikut.

 

Kisah disampaikan Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani di dalam kitab Afdlalus Shalawât ‘alâ Sayyidis Sâdât. An-Nabhani mengisahkan bahwa Al-Hafidh as-Sakhawi pernah bertutur bahwa seorang ibu datang menghadap kepada Syekh Hasan al-Bashri.


Kepada sang alim itu si ibu bercerita tentang anak perempuannya yang telah meninggal dunia beberapa hari sebelumnya.


“Saya ingin bermimpi melihatnya, syekh,” katanya kemudian.


Melihat keinginan sang ibu yang begitu kuat Syekh Hasan al-Bashri kemudian memberi beberapa amalan untuk dilakukan.


“Setelah shalat isya lakukanlah shalat sunah empat rakaat. Di setiap rakaatnya bacalah surat Al-Fatihah dan At-Takatsur sekali. Setelah itu tidurlah dengan posisi miring sambil membaca shalawat kepada Nabi sampai dengan engkau tertidur,” pesan Syekh Hasan al-Bashri kepada perempuan tersebut.


Maka sang ibu mengamalkan apa yang diajarkan oleh Syekh Hasan.


Ternyata di dalam tidurnya ia bermimpi melihat anak perempuannya dalam keadaan disiksa. Ia memakai pakaian dari api, kedua tangannya dibelenggu dan kedua kakinya diikat dengan rantai api. 


Ketika terbangun dari tidurnya, sang ibu segera menemui Syekh Hasan dan menceritakan apa yang dilihatnya dalam mimpi. Mendengar cerita dari sang ibu, syekh memberi saran untuk bersedekah dengan harapan Allah berkenan mengampuni anak perempuannya.


Pada malam harinya, Syekh Hasan bermimpi seakan berada di pertamanan surga. Di sana ada sebuah kasur yang terbentang. Di atasnya ada seorang perempuan berwajah elok dengan mahkota cahaya bertanggar di kepalanya.


Kepada Syekh Hasan, perempuan itu berkata:


“Ya Hasan, kau mengenaliku?”


“Tidak,” jawabnya.


Perempuan itu mengatakan:


“Aku adalah anak perempuan dari seorang ibu yang kau perintahkan untuk membaca shalawat.”


Syekh Hasan seperti tak percaya.


“Ibumu itu menceritakan tentang dirimu bukan dengan keadaan seperti ini,” katanya.


“Apa yang disampaikan ibuku itu memang benar adanya,” timpal perempuan itu.


“Lalu apa yang menjadikanmu mendapatkan kemuliaan seperti ini?”


“Kami ada tujuh puluh ribu jiwa yang sedang mengalami siksaan sebagaimana diceritakan ibuku kepadamu. Satu hari seorang yang salih lewat di pemakaman kami sambil membaca shalawat Nabi sekali dan menghadiahkan pahalanya untuk kami. Allah menerima shalawat yang dibacanya itu dan membebaskan kami semua dari siksaan, sebab berkah dari laki-laki salih tersebut. Kini sampailah aku pada derajat sebagaimana yang engkau lihat ini.”

 


Bila tujuh puluh ribu ahli kubur bisa diselamatkan dari siksaan hanya dengan satu kali shalawat saja, maka bagaimana dengan orang yang membacanya? Semoga kisah ini membangkitkan kesadaran untuk semakin rajin membaca shalawat. Apalagi sekarang berada di bulan Maulid. Wallahu a’lam.


Rehat Terbaru