• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Rehat

Pentingnya Belajar Fiqih dan Akhlak Tasawuf di Pesantren

Pentingnya Belajar Fiqih dan Akhlak Tasawuf di Pesantren
Pesantren di Jawa Timur. (Foto: NOJ/NU Online)
Pesantren di Jawa Timur. (Foto: NOJ/NU Online)

Fiqih, akhlak dan tasawuf merupakan ilmu yang sangat penting dipelajari oleh santri di pesantren. Keduanya merupakan cabang ilmu yang menempati posisi paling strategis dalam menuntun kebahagian manusia di dunia dan akhirat.

 

Pesantren sebagai pendidikan Islam pertama di Nusantara yang spesifikasinya kitab kuning, kajiannya tidak lepas dari akidah, fiqih, dan akhlak-tasawuf. Sementara yang diketahui khalayak, dalam perkembangan kajian keislaman di pesantren, fiqih dan akhlak tasawuf menjadi pilihan utama. 

 

Fiqih tidak sekedar menjelaskan kaifiyah ibadah, fiqih juga menjawab segala persoalan hidup manusia. Karena peradaban selalu berkembang dari masa ke masa. Sedangkan akhlak tasawuf memberi jalan pada umat Nabi agar dapat beribadah secara istiqamah dan ikhlas kepada Allah.

 

Mungkin pembaca bertanya-tanya, mengapa pesantren di Indonesia mengembangkan dua cabang ilmu tersebut?

 
  1. Sejarah mencatat, pesantren yang digagas oleh penyebar Islam di Nusantara, fokusnya tidak hanya pada bidang aqidah. Walisongo di masa lalu membentuk masyarakat dengan memberikan pengetahuan dasar-dasar syariat, akhlak/moral, dan mengajar kitab suci Al-Quran.
  2. Kaum sarungan tahu bahwa fiqih dan akhlak merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang bersentuhan langsung dengan segala bentuk kehidupan atau aktivitas sehari-hari.
  3. Secara leterlek, Fiqih dan Ushul Fiqh berisi tentang teori dasar untuk mengkaji teks-teks agama Islam yang bersumber dari Al-Quran dan hadits. Sebab ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh mencakup kajian bahasa (teks) agama, sejarah, logika dan dimensi nilai moral yang terkandung dalam teks agama.
 

Berbeda dengan aqidah (Tauhid) yang menekankan pada aspek keyakinan (iman) yang bermuara pada sikap dan perilaku. Dari sinilah muncul sebuah larangan pada santri di pesantren agar tidak terlalu dalam mengkaji Allah sebelum ilmu fiqih dan akhlak tasawufnya matang. Sebagaimana hadits Nabi Muhammad Saw.

 

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ فِى اللهِ، فَقَالَ: تَفَكَّرُوا فِى الخَلْقِ وَلَا تَتَفَكَّرُوا فِى الخالِقِ، فَإِنَّكُمْ لا تَقْدِرُونَهُ (رواهابن ماجه)

 

Artinya: Diriwatkan dari Ibn Abbas, beliau berkata bahwa Nabi Muhammad Saw melewati suatu kaum yang sedang berpikir tentang Allah, maka beliau bersabda "Berpikirlah kamu sekalian tentang makhluk, dan jangan kalian berpikir tentang Pencipta (Khaliq), karena kalian tidak pernah mampu (memahaminya)."

 

Dengan demikian, fiqih ilmu dhahir yang dapat memperbaiki kondisi batin. Sedangkan akhlak tasawuf ilmu yang mensucikan batin. Untuk mencapainya, seorang harus memenuhi ilmu Fiqih. Jadi, kedua disiplin ilmu ini (dhahir dan batin) saling melengkapi.


Rehat Terbaru