• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Rehat

Tenang Bestie, Rasulullah Juga Pernah Patah Hati

Tenang Bestie, Rasulullah Juga Pernah Patah Hati
Sebelum diangkat menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW pernah jatuh cinta pada putri Abu Thalib dan berujung patah hati. (Foto: NOJ/NU Network)
Sebelum diangkat menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW pernah jatuh cinta pada putri Abu Thalib dan berujung patah hati. (Foto: NOJ/NU Network)

Hidup layaknya roda pedati. Ada kalanya senang karena berada di atas, namun tidak jarang berada di bawah yang ditandai dengan aneka masalah yang membuat sedih. Salah satunya adalah ketika patah hati.


Namun, anak muda jangan terlampau dirundung sedih tak berujung ketika cinta tak berbalas. Demikian pula saat nasib hubungan tidak kunjung ada kejelasan. Bahwa ada cara yang bisa dilakukan demi memastikan di balik kesedihan tersebut.


Sekadar diketahui bahwa sebelum diangkat menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW pernah jatuh cinta pada putri Abu Thalib. Paman rasul itu memiliki beberapa orang putri. Di antara mereka sudah ada yang telah mencapai usia nikah. Namanya adalah Fakhitah, populer dengan nama Umm Hani’. 


Dikarenakan rasa cinta sudah tumbuh di antara keduanya, Nabi Muhammad SAW berencana untuk menikahinya. Nabi Muhammad SAW meminta izin kepada pamannya Abu Thalib untuk menikahi putrinya. Tetapi sayangnya, Abu Thalib mempunyai rencana lain. Dia akan menikahkan anaknya dengan Hubayrah, putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani Makhzum. 


Hubayrah adalah pria kaya dan sekaligus penyair berbakat seperti Abu Thalib. Selain kaya raya, kabilah Bani Makhzum memang pada waktu itu kekuatannya semakin meningkat seiring dengan merosotnya kekuasaan Bani Hasyim. Hubayrah akhirnya melamar putri Abu Thalib tersebut dan lamarannya diterima. Lamaran itu diterima karena menurut Abu Thalib: “Mereka telah menyerahkan putri mereka untuk kita kawini dan seorang pria yang baik haruslah membalas kebaikan mereka.” 


Pernikahan putrinya itu sebagai balas budi atas kebaikan Bani Makhzum. Jawaban Abu Thalib ini tentu tidak memuaskan hati Nabi Muhammad SAW. Tetapi Nabi Muhammad SAW berusaha lapang dada menerima penjelasan pamannya, tanpa membantah sedikitpun. Malahan Muhammad secara jujur, sopan, dan lapang dada mengakui bahwa dirinya memang belum siap untuk menikah. 


Tidak lama kemudian, Nufaysah, paman Khadijah datang menemui Nabi Muhammad SAW dan menanyakan alasan mengapa dia belum menikah. Nabi Muhammad SAW menjawab:  “Aku tidak memiliki apa-apa untuk dapat berumah tangga.” 


Nufaysah menceritakan kepada Muhammad ada wanita cantik, terhormat, dan kaya yang menyukainya. Nama pengusaha kaya tersebut adalah Khadijah. Mendengar penjelasan itu, Nabi Muhammad SAW menjelaskan kepada Nufaysah bahwa dia tidak memiliki harta dan tidak mungkin menikahi Khadijah. 


“Masalah itu serahkan kepadaku,” jawab Nufaysah. Yang terpenting bagi Nufaysah, Nabi Muhammad SAW bersedia dulu. Masalah biaya pernikahan bisa diatur belakangan. 


Khadijah meminta Nufaysah memanggil Nabi Muhammad SAW agar datang kepadanya. Setelah ia datang, Khadijah berkata: “Putra pamanku, aku mencintaimu karena kebaikanmu padaku, juga karena engkau selalu terlibat dalam segala urusan di masyarakat, tanpa menjadi partisipan. Aku menyukaimu karena engkau dapat diandalkan, juga karena keluruhan budi dan kejujuran perkatanmu.” 


Tidak lama setelah itu, Khadijah menawarkan dirinya untuk dinikahi.

 

Artikel diambil dariKetika Nabi Muhammad SAW Patah Hati

 

Dengan demikian, tidak perlu berkecil hati saat keinginan diri menikah dengan seseorang akhirnya tidak sesuai harapan. Pasti ada hikmah di balik kegagalan tersebut asal mau menerima suratan dengan lapang dada.


Rehat Terbaru