Lumajang, NU Online Jatim
Tilawah atau Qiro'ah merupakan seni olah suara guna memperindah bacaan dalam Al-Qur'an. Untuk mencapai hal ini tentunya banyak hal yang harus diupayakan, seperti yang dijelaskan Saifunnuri dan Nur Aziz, Qori' Jam'iyyatul Qurra' wal Huffadz Nahdlatul Ulama (JQHNU) Kabupaten Lumajang di studio Media Center An-Nahdloh (MCN) Lumajang, Sabtu (16/07/2022).
Saifunuri menuturkan, belajar Al-Qur'an bittaghoni atau berlagu memang memerlukan waktu relatif lama. Hal ini karena bacaan Al-Qur'an harus menggunakan lahjah (dialek) dan suara arab sesuai dengan yang diperintahkan Rasulullah SAW.
"Dialek itu kan banyak macamnya, seperti kita orang jawa ini, tapi itu tidak menghambat untuk belajar dialek arab. Belajar ketika dewasa itu tidak terlambat, tapi belajar sejak dini itu penting. Karena jika dikenalkan sejak dini lahjah dan bacaannya nanti bisa menjadi Qori' yang baik," jelasnya.
Ia bercerita, dirinya mengenal tilawah sejak dini, saat masih belum bisa membaca Al-Qur'an berkat ayahnya yang selalu membawa oleh-oleh kaset pita berisi Qiro'ah yang kemudian sering diputar di rumah. Bahkan, di mushala samping rumahnya juga ada pembelajaran tilawah yang kemudian ia kembangkan terus saat mondok dan sekolah
"Ternyata pengenalan sejak dini itu sangat membekas, dan itu menjadi modal utama. Sehingga ketika belajar yang saya tangkap saat kecil dulu seperti mengingat-ingat kembali," imbuhnya.
Senada dengan penjelasan di atas, Nur Aziz mengungkapan bahwa selain ditanamkan sejak dini, dalam belajar qiro'ah harus punya kemauan kuat dan guru untuk mengarahkannya.
"Arahan guru itu penting agar fokus dan tidak kemana-mana. Sedangkan tajwid dan fasohah ini wajib ada bimbingan guru agar bisa lebih baik. Kalau tajwid ini tidak bisa hanya teori, namun harus praktik dan jika kurang pas nanti guru bisa membenarkan," tuturnya.
Menurut Nur Aziz yang seorang hafidz Al-Qur'an ini, modal suara bagus juga merupakan penunjang yang bisa menjadikan seorang Qori' cepat berkembang. Namun, hal tersebut harus dibarengi dengan tekun dan istiqamah.
"Karena suara itu bisa dikembangkan. Misal ada suara kurang bagus kalau tekun belajar dan Latihan, insyaallah berkembang lebih bagus dan pasti ada perubahan. Bahkan yang suaranya bagus tapi jarang latihan bisa kalah dengan yang tekun ini," tegasnya.
Hal yang lebih panting, lanjut Nur Aziz, selain olah suara juga dianjurkan untuk berolahraga secara rutin. Manfaat olahraga ini bisa memanjangkan dan menjadikan suara lebih tinggi, sehingga ketika nada tinggi bisa dilakukan dengan baik.
"Renang bisa, kalau saya biasanya lari. Larinya ya bertahap sekuatnya, bahkan di masa awal kaki saya terasa bengkak namun lambat laun terbiasa. Yang saya rasakan berkat olahraga ini nafas saya dulu pernah sangat panjang," imbuhnya.
Selain olahraga, makanan juga menjadi penunjang saat berproses latihan tilawah. Nur Aziz menyebutkan ada beberapa makanan yang tidak boleh terlalu banyak dikonsumsi bagi orang yang belajar tilawah, seperti makan pedas dan berminyak. Namun demikian, hal ini dinilai tergantung individu seseorang.
"Kadang ada yang kuat dan tidak terpengaruh meskipun makan pedas atau makan makanan berminyak. Kalau badannya fit, biasanya makanan itu tidak terlalu berpengaruh," ujarnya.
Dirinya pun berpesan bagi yang belajar qiro'ah harus punya mental dan kesabaran yang kuat. Teruslah berusaha dan belajar serta tak henti-henti melakukan evaluasi diri agar berkembang. "Mental dan kesabaran juga adalah kunci utama, terutama bagi yang punya suara yang kurang bagus atau fals," tandasnya.
