• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 27 April 2025

Keislaman

Bagaimana Hukum Kuli Bangunan Tidak Berpuasa Ramadhan?

Bagaimana Hukum Kuli Bangunan Tidak Berpuasa Ramadhan?
Kuli panggul (Foto:NOJ/pinterest)
Kuli panggul (Foto:NOJ/pinterest)

Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi tiap muslim dan muslimat sesuai persyaratan yang dikemukakan dalam literatur fikih, seperti baligh, berakal sehat, tidak bepergian jauh, dan tidak menstruasi nifas, mampu melaksanakan ibadah puasa.
 

Mampu dalam konteks berpuasa adalah mereka yang tidak sakit, tidak kepayahan. Berkenaan dengan hal ini muncul sebuah pertanyaan bagaimana dengan Kuli Bangunan yang pekerjaannya  sangat berat dan kepayahan, apakah boleh tidak berpuasa Ramadhan? Sebab jika berpuasa, dikuatirkan mengurangi stamina bekerja.
 

Untuk menjawab pertanyaan ini, dapat merujuk kitab Bughyatul Mustarsyidin halaman 141, Darul Kutub Al-Ilmiyah yang menyebutkan:
 

لا يجوز الفطر لنحو الحصاد وجذاذ النخل والحراث إلا إن اجتمعت فيه الشروط. وحاصلها كما يعلم من كلامهم ستة : أن لا يمكن تأخير العمل إلى شوال، وان يتعذر العمل ليلا، أو لم يغنه ذلك فيؤدي إلى تلفه أونقصه نقصا لا يتغابن به, وان يشق عليه الصوم مشقة لا تحتمل عادة بأن تبيح التيمم أو الجلوس في الفرض خلافا لابن حجر، وان ينوي ليلا ويصبح صائما الا عند وجود العذر، وان ينوي الترخص بالفطر ليمتاز الفطر المباح عن غيره كمريض أراد الفطر للمرض فلا بد أن ينوي بفطره الرخصة أيضاً ، وأن لا يقصد ذلك العمل وتكليف نفسه لمحض الترخص بالفطر وإلا امتنع ، كمسافر قصد بسفره مجرد الرخصة
 

 

Artinya: Tidak diperbolehkan membatalkan puasa bagi pekerja yang panen, pengambil kurma, pembajak (seperti membajak sawah) kecuali memenuhi enam syarat:
 

1.    Tidak mungkin ditunda sampai bulan Syawal
 

2.    Pekerjaannya tidak bisa dikerjakan diwaktu malam, atau bisa dikerjakan pada malam hari akan tetapi akan mengalami kerugian atau malah menyebabkan rusaknya panen.
 

3.    Tidak bisa ditunda sampai pada bulan Syawal.
 

4.    Bila berpuasa akan merasa sangat kepayahan yang sesuai kebiasaannya dia tidak sanggup, seperti kepayahan yang diperbolehkan tayamum atau duduk dalam shalat fardu.
 

5.    Harus niat pada malam hari dan baru boleh berbuka ketika merasa sangat payah.
 

6.    Ketika membatalkan puasa harus diniati dengan memperoleh keringanan, seperti orang sakit yang membatalkan puasanya sebab sakit. Tentu ini harus membatalkan puasa agar mendapatkan keringanan. Namun pekerjaan yang dilakukan bukan untuk bertujuan agar mendapatkan keringanan membatalkan puasa, misalnya pekerjaan berupa bepergian jauh dengan bertujuan hanya mencari keringanan. 
 

 

Uraian dari Bughyah di atas sangat detail, sehingga permasalahan pekerja keras seperti kuli bangunan, tukang becak, petani, pembajak sawah dapat dijumpai solusinya. Bahkan dalam redaksi lain dari kitab Busyra al-Karim, juz 2, hlm. 72 disimpulkan demikian:
 

ويلزم أهل العمل المشق  في رمضان كالحصادين ونحوهم تبييت النية ثم من لحقه منهم مشقة شديدة أفطر، وإلا فلا.
 

Artinya: Wajib bagi para pekerja keras untuk tetap niat berpuasa di malam hari seperti pekerja yang panen dan pekerjaan berat lainnya hingga bila di tengah puasanya mengalami kepayahan, maka ia diperbolehkan untuk membatalkan puasanya. Apabila tidak, maka tidak boleh membatalkan puasa.
 

Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang yang pekerjaan seberat apapun, seperti kuli bangunan, petani, mereka tetap wajib menjalankan puasa seperti pada umumnya, dan harus niat di malam hari, dan mereka harus optimis mampu menjalankan berpuasa, sampai betul-betul stamina kepayahan dan sangat kelelahan. Maka, dia boleh untuk membatalkan puasanya dan wajib qadha.
 


Editor:

Keislaman Terbaru