• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Keislaman

Ketika Buraq Enggan Dinaiki Nabi Muhammad

Ketika Buraq Enggan Dinaiki Nabi Muhammad
Salah satu ilustrasi tentang wujud Buraq dalam Ethnographices Museum, Kairo (Foto:NOJ/Flickr)
Salah satu ilustrasi tentang wujud Buraq dalam Ethnographices Museum, Kairo (Foto:NOJ/Flickr)

Di penghujung bulan Rajab, ada satu peristiwa luar biasa yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad, yaitu Isra’ Mi’raj. Isra’ adalah perjalanan Nabi Muhammad bersama malaikat Jibril dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa, sedangkan Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa hingga Sidratul Muntaha. Hebatnya kejadian ini ditempuh hanya satu malam dan tempat duduk Nabi masih hangat.
 

Peristiwa ini diabadikan dalam surat Al-Isra’, ayat 1:
 

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
 

Artinya: Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat
 

Perjalanan dari Masjid Haram ke Masjid al-Aqsa, sejumlah riwayat menyebutkan bahwa Nabi menaiki Buraq. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari dan Muslim berbunyi:
 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ، وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ، وَدُونَ الْبَغْلِ، يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ ، قَالَ: فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ ، قَالَ: فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِي يَرْبِطُ بِهِ الْأَنْبِيَاءُ
 

Artinya: Dari Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah bersabda: Didatangkan kepadaku Buraq, seekor tunggangan putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih rendah dari baghal, ia berupaya meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya. Setelah menungganginya, maka Buraq itu berjalan membawaku hingga sampai ke Baitul Maqdis. Aku ikat (tambat) tunggangan itu di tempat biasanya para Nabi menambatkan tunggangannya (Buraq).
 

Buraq adalah kendaraan yang didatangkan dari surga sebagai alat transportasi super cepat yang membawa Rasululah dari Makkah ke Baitul Maqdis seperti kilat. Apabila dianalogikan dengan kecepatan kilat atau cahaya, maka Buraq dapat melesat sejauh 186.000 mil atau 300 kilometer perdetik.


Dalam sebuah hadits dari Musnad Ahmad diterangkan pada mulanya buraq menunjukkan keliarannya, ia terkesan enggan ditunggangi Rasulullah. 
 

عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِالْبُرَاقِ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِهِ مُسَرَّجًا مُلَجَّمًا لِيَرْكَبَهُ فَاسْتَصْعَبَ عَلَيْهِ وَقَالَ لَهُ جِبْرِيلُ مَا يَحْمِلُكَ عَلَى هَذَا فَوَاللَّهِ مَا رَكِبَكَ أَحَدٌ قَطُّ أَكْرَمُ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ قَالَ فَارْفَضَّ عَرَقًا
 

Artinya: Dari Qatadah, dari Anas, sesungguhnya Nabi Muhammad didatangkan Buraq yang sudah dipersiapkan pelananya untuk ditunggangi namun Buraq sulit dikendalikan (liar), kemudian Jibril dengan sigap mengendalikannya seraya berkata kepada Buraq: Apa yang menyebabkan engkau bersikap demikian (liar)? Demi Allah, tidak ada orang paling mulia yang akan menunggangi engkau kecuali beliau (Nabi Muhammad). Setelah itu Buraq mengucurkan keringatnya (karena malu).
 

Memahami  bahwa dirinya sebagai kendaraan pilihan yang bertugas mengantar manusia pilihan, yaitu Nabi Muhammad, maka berubahlah sikapnya menjadi jinak penuh ta’dzim kepada Rasulullah. Kemudian mereka (Rasulullah, Jibril dan Buraq) bertiga berangkat  bersama menuju Baitul Maqdis. Sebagaimana diterangkan dalam hadits riwayat Hakim dalam kitab Mustadrak
 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : " أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ فَرَكِبْتُ خَلْفَ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ ، فَسَارَ بِنَا إِذَا ارْتَفَعَ ارْتَفَعَتْ رِجْلَاهُ ، وَإِذَا هَبَطَ ارْتَفَعَتْ يَدَاهُ
 

Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud bahwasanya Rasulullah saw berkata: Aku telah disediakan buraq, akupun duduk di belakang jibril dan berangkatlah bersama. Setiap kali naik maka kedua kakinya yang belakang sejajar dengan kedua kaki depannya, dan setiap kali turun kedua kaki depannya sejajar dengan kedua kaki belakangnya
 

Dari beberapa keterangan di atas dapat diambil poin sebagai berikut; Buraq adalah alat transportasi super cepat, memiliki bentuk seperti binatang tunggangan, ukurannya lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal (peranakan hasil perkawinan antara kuda dengan keledai), warnanya putih. Ciri berikutnya langkah kakinya sejauh ujung pandangan, bisa diikat sebagaimana layaknya hewan tunggangan, tidak ada keterangan jelas terkait jenis kelaminnya apakah laki-laki atau perempuan, bersayap, dan seterusnya.


Editor:

Keislaman Terbaru