• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Madura

Ketua PCNU Sumenep Tegaskan RMINU Jantungnya Nahdlatul Ulama

Ketua PCNU Sumenep Tegaskan RMINU Jantungnya Nahdlatul Ulama
Ketua PCNU Sumenep, KH A Pandji Taufiq (paling kanan) saat acara Ngaji Keputrian oleh RMI PCNU Sumenep di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Sabtu (03/02/2024). (Foto: NOJ/ Firdausi)
Ketua PCNU Sumenep, KH A Pandji Taufiq (paling kanan) saat acara Ngaji Keputrian oleh RMI PCNU Sumenep di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk, Sumenep, Sabtu (03/02/2024). (Foto: NOJ/ Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep, KH A Pandji Taufiq menegaskan, NU lahir dari rahim pesantren yang tersebar di Nusantara. Elemen pesantren sepakat mendirikan jamiyah Nahdlatul Ulama untuk berkhidmah kepada masyarakat yang lebih terarah. Dengan demikian, Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) adalah jantungnya NU.

 

“Bila nilai-nilai pesantren masuk dalam relung birokrasi kepemerintahan, maka wajah kita akan lebih tampak. Jadi, nilai-nilai pesantren harus masuk semua lini,” ujarnya saat memberi sambutan di acara Ngaji Keputrian yang dihelat RMI PCNU Sumenep di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Guluk-Guluk, Sumenep, Sabtu (03/02/2024).

 

Berkat kehadiran pesantren, NU lahir yang ditetapkan pada 16 Rajab 1344 Hijriyah dan bertepatan dengan 31 Januari 1926 M. “Di pesantren inilah masa depan NU ada. Ingat, di pesantren inilah masa depan bangsa dan negara ada,” ungkapnya.

 

Di beberapa perjumpaan, lanjutnya, KH M Shalahuddin A Warits (Ra Mamak) pernah mengatakan bahwa ketika para kiai Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya, lalu sepakat mendirikan NU. Hadratussyeikh KH M Hasyim Asy’ari tidak langsung pulang ke Jombang, melainkan mengunjungi santrinya di Sumenep, yaitu KH M Ilyas Syarqawi.

 

“Kedatangan Mbah Hasyim ke Annuqayah Lubangsa Guluk-Guluk, memberikan mandat kepada Kiai Ilyas untuk mendirikan NU di Sumenep. Oleh karenanya, Ra Mamak menyatakan bahwa PCNU yang pertama lahir di Indonesia adalah PCNU Sumenep,” ucapnya menyitir pernyataan Ra Mamak.

 

Menurut alumni Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-Guluk ini, kisah yang diceritakan dari lisan ke lisan ini, tentunya perlu diuji oleh para santri untuk mencari titik terang dari cerita yang mengakar di tengah-tengah warga NU Sumenep.

 

Di samping itu, ia menyampaikan bahwa acara Ngaji Keputrian yang bertajuk ‘Problem Menstruasi dalam Tinjauan Medis dan Psikologis’ penting diserap oleh santriwati. Ia melaporkan, jumlah populasi penduduk Sumenep didominasi perempuan. Artinya, baik tidaknya Sumenep sangat ditentukan oleh generasi muda perempuan.

 

“Kita tak usah jauh ke Sumenep. Baik tidaknya sebuah rumah tangga, ditentukan oleh SDM perempuan. Selama 24 jam, perempuan dituntut serba bisa di segala bidang. Jadi, yang dibutuhkan saat ini adalah perempuan yang tangguh. Jika minim SDM yang shalihah, bangsa akan mengalami kemerosotan,” tuturnya.

 

Kiai Pandji berharap, melalui kegiatan kali ini bakal melahirkan seri-seri lanjutan yang dihelat di pesantren. Banyak sekali pesantren yang mengharap kehadiran pesantren, sehingga bisa menyingkap SDM yang lebih baik.

 

“NU dan pesantren punya pengajian pra nikah. Bila seri ini dilanjutkan, saya yakin perempuan di Indonesia akan semakin tangguh,” tandasnya.


Madura Terbaru