Haafidh Nur Siddiq Yusuf
Kontributor
Nganjuk, NU Online Jatim
Koordinator Media Rumah Moderasi Beragama Universitas Islam Negeri Surabaya (Uinsa), Abdulloh Hamid mengatakan, pemahaman agama secara utuh dan komprehensif dinilai efektif dalam memperkuat moderasi dan toleransi beragama. Hal itu ia sampaikan dalam seminar Penguatan Moderasi Beragama di Kantor Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Nganjuk pada Senin (31/05/2022).
“Lantaran itu, para tokoh agama wajib terus mengenalkan umat kepada ajaran agama yang inklusif guna mendorong perilaku toleran di masyarakat. Kiai Sahal Mahfudz pernah berkata, kalau urusan akidah kita harus kuat sementara dalam bermuamalah harus fleksibel,” katanya.
Dosen matematika Uinsa tersebut menuturkan, dalam memperkuat moderasi beragama terdapat beberapa pesan dasar yang perlu terus di gaungkan.
“Pertama, diwujudkan dalam sikap hidup amanah, adil, serta menebar kebajikan dan kasih sayang terhadap sesama manusia,” tuturnya.
Kedua, menjadikan nilai-nilai moral universal dan pokok ajaran agama sebagai pandangan hidup atau world view dengan tetap berpijak pada jati diri Indonesia.
“Yang ketiga, mengutamakan sikap memanusiakan manusia atas dasar kesetaraan hak dan kewajiban warga negara demi kemaslahatan bangsa,” jelasnya.
Keempat, senantiasa mempromosikan dan mengejawantahkan pengamalan cara pandang, sikap dan praktik keagamaan jalan tengah. Kelima, menebar kebajikan dan kedamaian, mengatasi konflik dengan prinsip adil dan berimbang serta berpedoman pada konstitusi.
“Kemudian keenam adalah dengan menghargai kemajemukan dan ketujuh menaati komitmen berbangsa,” ungkap Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) Jawa Timur itu.
Dirinya menambahkan, moderasi beragama bukan hal tidak masuk akal yang tidak dapat diukur. Keberhasilan moderasi beragama dapat dilihat dari tingginya empat indikator utama diantaranya komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan menerima tradisi.
“Jadi saya tegaskan bahwa moderasi beragama berbeda dengan moderasi agama, yang di moderasi keberagamaannya bukan agamanya,” pungkas Penulis Buku Literasi Digital Santri Millenial ini.
Terpopuler
1
Sinergi LPBINU Jatim dan MMB SPS Unair, Bersatu Hadapi Bencana
2
Menata Ulang Relasi Kiai dan Santri Ndalem
3
Gerakan Koin sebagai Pilar Kemandirian dan Konsolidasi NU
4
Mengenal Kudapan Jalabiya, Jajanan Tradisional Kue Manis Khas Dungkek Madura
5
20 Dai Muda Jatim Resmi Jadi Kader Kemenag RI, Siap Berdakwah di Era Digital
6
LF PBNU Tetapkan 1 Rabiul Awal 1447 H Jatuh pada Senin, 25 Agustus 2025
Terkini
Lihat Semua