Pembacaan Manaqib Raden Syihabuddin Awali Ngaji Rutin Rijalul Ansor Sidoarjo
Kamis, 8 Agustus 2024 | 13:00 WIB

Ngaji rutin PC MDS Rijalul Ansor Sidoarjo di area makam Raden Muhammad Syihabuddin (Pangeran Panji Ketawang), Dusun Ketawang, Desa Jogosatru, Sukodono, Sidoarjo, Rabu (07/08/2024). (Foto: NOJ/ Yuli Riyanto)
Yuli Riyanto
Kontributor
Sidoarjo, NU Online Jatim
Pimpinan Cabang (PC) Majelis Dzikir dan Shalawat (MDS) Rijalul Ansor Sidoarjo melaksanakan ngaji rutin bulanan keliling ke makam wali dan auliya di Kabupaten Sidoarjo. Kali ini, kegiatan ini digelar di area makam Raden Muhammad Syihabuddin atau Pangeran Panji Ketawang (Putra Sunan Giri), Dusun Ketawang, Desa Jogosatru, Sukodono, Sidoarjo, Rabu (07/08/2024).
Ketua PC MDS Rijalul Ansor Sidoarjo, Gus Mursalin mengutarakan bahwa tujuan digelarnya ngaji rutinan tersebut adalah agar kader Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Sidoarjo tidak lupa akan sejarah perjuangan para auliya, masyayikh, dan ulama pendahulu.
“Ini hal yang sangat penting dan semoga kita semua bisa istiqamah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Rijalul Ansor yang ada di Kabupaten Sidoarjo,” katanya.
Sementara itu, Gus RM Luthfi Ghozali, mengawali pembacaan manaqib dengan mengulas kembali tentang kisah Raden Muhammad Syihabuddin yang memiliki gelar Pangeran Panji Ketawang dalam menyebarkan agama Islam khususnya di Kabupaten Sidoarjo pada abad 16 M.
Diceritakannya, Raden Muhammad Syihabuddin merupakan putra pertama dari Raden Paku (Sunan Giri) yang ada di Kabupaten Sidoarjo. Berkat kemuliaan akhlak dan karomah yang dimiliknya, pada tahun 1518 seluruh warga di wilayah Katerungan berbondong- bondong memeluk agama Islam.
“Mbah Syihabuddin ini diantara orang-orang yang memperbaiki sistem kemiliteran yang ada di Giri kedaton, terutama yang berada di wilayah Katerungan. Maka wilayah yang ditinggali beliau di sini sampai sekarang dikenang dengan nama Desa Jogosatru,” ujar ahli pernisanan dan penulis buku Nyarkub tersebut.
Dirinya mengungkapkan, zaman dahulu di Giri Kedaton dikenal ada empat sistem kemiliteran (detasemen) yakni Jogosatru, Jogopati, Jogorekso dan Jogoboyo. Sampai sekarang tanah di sini menjadi tanah wani (berani), artinya apabila menanam kebaikan di daerah sini tumbuhnya akan mudah.
“Buktinya, meskipun jauh dari keramaian, Dusun Ketawang Desa Jogosatru sampai hari ini masih melahirkan orang alim, ulama yang shalihin dan muslihin. Diantara sekian banyak keturunan beliau adalah Mbah Ali Syamsuddin yang masa hidupnya di tahun 1800, jarak usianya jauh selisih 300 tahunan dengan Mbah Syihabuddin,” ungkap Gus Luthfi.
Mengakhiri ceritanya, pengurus Pimpinan Wilayah (PW) MDS Rijalul Ansor Jatim tersebut menegaskan, bahwa napak tilas ini tidak hanya sekadar cerita keramatnya saja, tapi yang paling penting adalah amal dan ilmu yang telah diteladankan oleh para wali. “Untuk kemudian dijadikan contoh dalam perilaku hidup sehari-hari,” ucapnya.
Rangkaian acara ngaji rutin ini diawali dengan pembacaan shalawat nabi, tahlil, istighotsah, manaqib, dan ngaji Kitab Bidayatul Hidayah yang diampu oleh Ustadz Zakiyul Umam.
Kegiatan tersebut dihadiri beberapa pengurus PC GP Ansor Sidoarjo, jajaran pengurus PC MDS Rijalul Ansor Sidoarjo, Ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sukodono, sejumlah utusan Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor se-Kabupaten Sidoarjo, tokoh masyarakat sekitar, dan tamu undangan lainnya.
Terpopuler
1
Sejarah Singkat dan Amaliyah yang Disarankan saat Rebo Wekasan
2
Hukum Melaksanakan Ibadah Khusus pada Rebo Wekasan
3
KH Idris Hamid Pasuruan Sebut Kemerdekaan Indonesia Buah Doa Para Ulama
4
Rebo Wekasan, Berikut Anjuran Menulis 7 Ayat Selamat dalam Kitab Kanzun Naja
5
Harlah ke-12, Unusa Bertekad Gencarkan Kepedulian Kesehatan Masyarakat
6
UKM Panorama Unisma Bekali Pelajar Pengetahuan Fotografi dan Videografi
Terkini
Lihat Semua