Guyonan Gus Dur: Cara Kiai Merayu Istri Muda di Malam Pertama
Kamis, 9 Juli 2020 | 18:00 WIB

Kiai sepuh yang memiliki istri masih belia mempunyai rayuan khusus saat malam pertama. (Foto: NOJ/SQ)
Syaifullah
Penulis
Dalam sebuah kesempatan berkunjung ke Clayton, Melbourne, Australia, tepatnya kediaman intelektual muda Fachry Ali, almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur berbagi cerita. Peristiwa ini terjadi pertengahan 1991 sebagaimana dikisahkan di status Facebook Bang Fahcry.
Pada sebuah malam, Gus Dur berselonjor kaki di atas karpet. Diskusi kala itu sudah selesai. Dan keisengan selalu menggoda dalam waktu seperti itu.Ā
Maka berceritalah Kiai Abdurrahman Wahid tentang seorang kiai sepuh di sebuah pesantren antah berantah. Entah berkat apa, kiai ini meminang santriwati yang tentu saja muridnya. Pinangan tersebut disambut baik orang tua santriwati. Maka, malam pasca nikah, sebagai suami, kiai sepuh tersebut harus melaksanakan ākewajibanā-nya ābaāda Isya dan, mungkin, disambung wirid seperlunya.
Ketika ākewajibanā tersebut hendak dieksekusi, santriwati yang kini absah menjadi istrinya, menolak serta merta. Telah sepuh, tentu sang kiai cukup bijak dan bersabar. Walau kian larut, sang kiai dengan lembut memberikan āceramahā tentang kewajiban suami-istri menurut pandangan agama.Ā
Tetapi, āceramahā tersebut tidak mempan.
Sedikit kehilangan kesabaran, kiai tersebut menggunakan āsenjata pamungkasā.Ā
Kepada istrinya yang masih remaja itu, sang kiai mengatakan:Ā
āKalau dinda (ceāile) mau melaksanakan kewajiban sebagai istri malam ini, pahalanya sama dengan membunuh 100 orang kafir.ā (Malam itu, kiai āmenyediakanā 300 orang kafir saja).
Mendengar itu, santriwati yang telah menjadi istrinya tersebut tertarik dan bergairah. Maka ia berseru: "Ayo kita bunuh orang kafir,"Ā cetusnya bersemangat.Ā
Dalam hati, kiai berkata: āIni yang aku tunggu.ā
Maka, sang kiai berhasil melaksanakan kewajibannya.
Santriwati yang kini merasa mendapat āpahalaā besar dengan aksi ini, mengajak sang kiai menambah āpahalaā setelah kewajiban pertama usai. Kiai berkalkukasi tinggal 200 orang kafir lagi. Tak apalah.Ā
Tetapi, setelah ke-200 orang kafir tersebut terbunuh semua, hasrat berpahala santriwati ini kian meningkat.Ā
āOk,ā kata kiai. Toh persediaannya masih 100 orang kafir.
Masalahnya, ketika tidak ada lagi orang kafir yang tersedia untuk dibunuh, sang santriwati justru kian bergairah mencari pahala. Maka, kepada suaminya yang sudah hampir terlelap kelelahan itu, ia berkata: āAyo, kita cari pahala lagi. Kita bunuh orang kafir!ā
Tergeletak tak berdaya, sang kiai dari pesantren antah berantah itu menjawab sekenanya.Ā
āOrang kafir sudah habis. Kita tunggu mereka kumpul duluuuuu.āĀ
Setelah itu, tidak ada suara yang terdengar dari kiai ini.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menata Hati dengan 7 Perbuatan
2
Mensos Gandeng PPATK Telusuri Penerima Bansos Terindikasi Main Judol
3
Garda Fatayat NU Jatim Terima 100 Bibit Tanaman dari BPBD untuk Dukung Ketahanan Pangan
4
Distribusikan Benih Padi, Langkah Ansor Jatim Perkuat Ketahanan Pangan
5
Pesantren Bebas Kekerasan: Nawaning Nusantara Siapkan Satgas dan Edukasi Seksual
6
5 Dosen UIN KHAS Jember Ikut Terlibat dalam Penyusunan Raperda MDT
Terkini
Lihat Semua