• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Opini

Cak Anam dan Kiprah Keteladanannya

Cak Anam dan Kiprah Keteladanannya
Almarhum H Choirul Anam atau Cak Anam. (Foto: NOJ/ ISt)
Almarhum H Choirul Anam atau Cak Anam. (Foto: NOJ/ ISt)

Bagi para peneliti dan aktivis NU, nama Choirul Anam bagaikan syarat dan rukun dalam shalat. Keberadaannya menjadi instrumen keabsahan dalam kajian tentang gerak langkah NU dalam mengawal sejarah bangsa Indonesia.

 

Figur seperti Cak Anam (panggilan akrabnya) adalah sosok yang langka. Ia adalah arkeolog yang bisa dikatakan sebagai peletak dasar (muassis) NU studies. Magnum opus-nya “Pertumbuhan dan Perkembangan NU” merupakan karya akademik yang mencapai derajat mu’tabar sebagai rujukan riset tentang organisasi Islam terbesar di Indonesia ini.

 

Sebagai penulis cum peneliti, Cak Anam adalah aset intelektual yang pernah dimiliki oleh Nahdlatul Ulama. Sumbangsihnya dalam merawat memori kolektif tentang sejarah dan perkembangan NU berikut dinamikanya dalam pentas sejarah, merupakan usaha yang telah paripurna.

 

Tak hanya kiprah pemikiran di tubuh NU, Cak Anam juga memiliki sepak terjang sebagai sosok aktivis yang pilih tanding. Tak heran, pria kelahiran Jombang, 1954 ini pernah didapuk sebagai Ketua PW GP Ansor Jawa Timur masa khidmat 1990-2000, aktivis PMII Jawa Timur dan menjadi ketua pertama DPW PKB Jawa Timur. Terakhir, aktivisme Cak Anam dalam bidang politik adalah membidani lahirnya Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU).

 

Bagi generasi saat ini, figur Cak Anam layak menjadi role model. Saat ini sangat sulit menemukan sosok yang memiliki kemampuan multidimensional: aktivis, politisi, penulis dan peneliti. Sosoknya yang “nyaris sempurna” inilah yang menjadikannya dekat dengan allah yarham KH Abdurrahman Wahid dan KH Hasyim Muzadi.

 

Terlepas dari langkah zig zag dan segala macam kiprahnya dalam waktu kurun sepuluh tahun terakhir. Sangat terlihat jelas bahwa Cak Anam merupakan figur yang sangat teguh memegang prinsip. Banyak yang menjadikannya sebagai seorang begawan; sebagai guru politik, guru para aktivis dan tentu saja guru para periset ke-NU-an. Ia tak hanya sebagai penulis sejarah, namun Cak Anam adalah sejarah itu sendiri.

 

Penulis sendiri pernah menjadi bagian dari pelestarian ide dan gagasan Cak Anam tentang NU dan bangsa Indonesia. Yakni sebagai pegawai Museum NU Surabaya sejak 2010-2015. Entitas Museum NU yang terletak di Surabaya bagian Selatan, merupakan kristalisasi kecintaan Cak Anam pada sejarah. Jejak langkah perjuangan para kiai dan santri-santrinya diabadikan dalam sebuah pameran koleksi benda-benda dan dokumen tentang sebuah perjalanan yang suci.

 

Keberadaan Museum NU Surabaya lahir dari tangan dingin Cak Anam sebagai salah satu dewan kurator yang ingin meninggalkan petilasan historis. Yaitu tentang agenda besar kakek buyut kita semua tentang sebuah harapan dan cita-cita menegakkan nilai-nilai agama Islam dan arti penting nasionalisme.

 

Selain itu, karya-karyanya seperti buku Pertumbuhan dan Perkembangan NU, Pemikiran KH Achmad Siddiq, Gerak Langkah Pemuda Ansor, dan Jejak Langkah Sang Guru Bangsa: Suka Duka Mengikuti Gus Dur Sejak 1978, juga menjadi bukti bahwa ia bukan hanya penulis sejarah, namun turut larut dalam mengukir perjalanan sejarah dengan organisasi yang ia cintai: NU, dengan tokoh-tokoh yang ia kasihi: para kiai-kiai dan tentu saja dengan negara yang ia banggakan: Indonesia.

 

Selamat jalan Cak Anam, pemikiran dan kiprahmu untuk bangsa dan negara Indonesia akan selalu abadi.

 

*) W Eka Wahyudi, Pengurus LTN NU Jawa Timur sekaligus pegawai Museum NU Surabaya 2010-2015.


Opini Terbaru