Firdausi
Kontributor
Tembakau membawa berkah pada petani. Daunnya dihargai mahal oleh pabrik rokok ternama. Begitulah mitos yang beredar dan diyakini oleh masyarakat Madura. Secara umum, masyarakat menganggap tembakau sebagai 'Daun Emas' yang bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Sehingga banyak yang berlomba-lomba dan mengupayakan kualitas daun yang super.
Tembakau memberi angin segar pada perekonomian masyarakat dan negara. Terbukti Kementerian Keuangan (Menkeu) menaikkan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10 persen pada tahun 2023-2024. Selain itu, pabrik rokok ternama yang ada di beberapa daerah membuka peluang lapangan kerja kepada masyarakat guna mengurangi angka kemiskinan.
Di samping itu, tidak semua hasil panen tembakau dihargai mahal. Kata kuncinya ada di kualitas tembakau. Beruntung bagi petani di daerah pegunungan, karena sawahnya memiliki tekstur tanah yang bagus. Bagi petani yang berada di pesisir atau dataran rendah, acap kali mengalami kerugian. Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya kualitas, produktivitas, anomali iklim, dan pro kontra terkait memiliki zat adiktif. Untuk menutupi hutang, petani yang rugi merantau ke luar negeri.
Fluktuasi dan beredarnya kabar Rancangan Undang-undang (RUU) Kesehatan tentang tembakau yang disamakan dengan Narkotika mendapat penolakan dari petani tembakau, khususnya di Madura yang pencahariannya bergantung pada tembakau di musim kemarau panjang. Bertani tembakau membutuhkan modal antara Rp 5-6 jutaan. Ruwetnya bertani tembakau tampak pada harga bibit yang mahal, pupuk yang langka, minimnya sumber mata air di daerah perbukitan dan punggung terasa sakit saat menyiram tembakau di bawah terik matahari. Ditambah lagi sewa mesin traktor sawah dan pemotong daun, bayar jasa orang saat menanam dan panen serta menghubungkan air sungai sampai ke sawah.
Tantangan menanam daun emas bisa dilalui oleh petani dengan etos kerja yang terbilang tinggi. Ditopang dengan keuletan dan bermunajat kepada Allah, mereka bisa mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pria dan wanita sama-sama memiliki mobilitas dan spirit kerja. Tak heran, orang Madura tersebar di mana-mana, termasuk menggantung nasib di negeri Manca.
Setiap menuai keuntungan, uangnya ditabung di celengan atau bank. Kadang diinvestasikan melalui ternak sapi atau kambing dan perhiasan emas. Prioritas utamanya adalah membangun rumah untuk anak cucu dan naik haji ke Baitullah. Menurut orang Madura, menunaikan ibadah haji dan umrah bukan peristiwa keagamaan semata. Karena bisa mengangkat status sosial.Â
Kepercayaan yang sejak dulu telah mengakar, yakni beribadah di Makkah dan Madinah membuat perekonomiannya meningkat dan dilimpahi keberkahan. Orang Madura rela berantrean dan berupaya melaksanakan berulang-ulang. Kendati tahun sebelumnya pernah melakukannya bersama keluarga.
Jika ditinjau secara historis, semakin meningkatnya jamaah haji pada pertengahan abad ke-19 hingga saat ini, berangkat dari sebuah kepercayaan bahwa tanah Haram memiliki sejuta keberkahan. Selain dipergunakan melaksanakan rukun Islam kelima, kiai memanfaatkannya menuntut ilmu ke ulama-ulama terkemuka di negeri Hijaz. Saat kembali ke kampung halaman, mereka mengajarkan ilmu yang ia peroleh dan menjadikan kitab-kitab yang ia bawa sebagai rujukan. Dari sinilah awal mula seorang ulama bisa menanamkan etos kerja tinggi pada masyarakat Madura. Sehingga yang diharapkan masyarakat hanyalah keberkahan dalam bekerja.
Dalam sudut pandang yang luas, etos memiliki hubungan erat dengan akhlak. Peran tokoh agama dalam membentuk etos kerja dimulai di lembaga pendidikan Islam yang menjadi candradimuka ilmu dan khazanah pengetahuan Islam. Melalui pesantren, madrasah, masjid, mushala, majelis ta'lim, majelis shalawat, dan lainnya, secara berangsur membentuk etos ketaatan pada Allah dan dibarengi dengan meneguhkan jiwa agar masyarakat survive di atas tanah yang kurang subur, gersang dan kering.
Dengan demikian, ajaran Islam mempengaruhi pandangan masyarakat. Harta dan aktivitas pekerjaan tak boleh mengganggu kewajiban agama, seperti shalat, zakat dan puasa. Bagi warga petani tembakau di Madura, investasi akhirat jauh lebih mulia. Karena yang mereka harapkan adalah rezeki yang halal dan berkah sehingga bisa zirah ke makam Nabi Muhammad Saw, dzurriyah, dan sahabatnya.
Penulis adalah Firdausi, Kontributor NU Online Jatim.
Terpopuler
1
Ratusan Jamaah Ikuti Baiat Thariqah Syadziliyah di Pondok Jajar Trenggalek
2
Resmi Dikukuhkan, Digdaya Digital dan Ekonomi Jadi Tema Besar GP Ansor Sidoarjo
3
ISNU Pasuruan Resmi Luncurkan Buku Biografi KH Achmad Muzayyin Zain
4
Ketua PW GP Ansor Jatim: Jangan Lewatkan Amanah yang Diberikan Para Muassis NU
5
Mengenal Mobile Unusa Incinerator, Alat Mengolah Air Bersih Layak Konsumsi
6
Gus Rikza Sebutkan Dua Cobaan Bagi Pengamal Thariqah
Terkini
Lihat Semua