Surabaya, NU Online Jatim
Jawa Timur memiliki lahan pertanian dengan luas eksisting kawasan pertanian 2.020.491,71 hektar terdiri pertanian lahan basah sebesar 911.863 hektar serta pertanian lahan kering, tegalan, dan kebun campur sebesar 1.108.627,71 hektar. Data ini hendak menggambarkan bahwa Jawa Timur memiliki potensi yang besar untuk menjadi lumbung pangan. Namun, hal tersebut harus diiringi dengan saluran irigasi yang baik agar ekosistem di sawah dapat berjalan dengan semestinya.
Komisi D DPRD Jawa Timur, Masduki mengungkapkan bahwa distribusi air dari Bengawan Solo tidak merata, akhirnya banyak petani yang mengeluh kesulitan air.
“Banyak petani mengeluh kesulitan air, terutama di masa tanam musim kemarau, karena distribusi air dari Bengawan Solo ternyata tidak merata. Ada beberapa daerah yang teraliri air dengan baik. Sementara yang lain tidak. Ini yang menimbulkan polemik,” katanya, Selasa (22/12/2020) usai rapat evaluasi sistem irigasi di Magetan.
Politisi asal Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (F-PKB) ini meminta dinas-dinas terkait dapat segera memperbaiki sistem irigasi sawah di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo.
“Kami meminta Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) wilayah Sungai Bengawan Solo dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) memperbaiki sistem irigasi sawah di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo,” ujarnya.
Masduki mengatakan, distribusi menjadi tidak merata karena ada oknum petugas pengaturan pintu air yang mempermainkan sistem irigasi tersebut. Karena itu dia meminta pihak PSDA Jawa Timur turun tangan
“Karena itu, Dinas PSDA harus memperbaiki kinerjanya di tahun 2021, terutama terkait pengelolahan sistem irigasi,” terangnya.
Dirinya mengungkapkan, jika hal tersebut tidak segera diatasi akan berdampak pada hasil produksi dan ketahanan pangan. Padahal Jawa Timur dikenal sebagai lumbung pangan.
“Jika sistem irigasi tidak cepat diperbaiki, ini akan berdampak pada penurunan hasil produksi. Padahal Jawa Timur adalah lumbung pangan,” pungkasnya.