• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Pustaka

Asror Ash-Shoum: Kitab Puasa dan Tingkatannya

Asror Ash-Shoum: Kitab Puasa dan Tingkatannya
Cover Kitab Asror Ash-Shoum karya Imam al-Ghazali. (Foto: NOJ/ Alfan Jamil)
Cover Kitab Asror Ash-Shoum karya Imam al-Ghazali. (Foto: NOJ/ Alfan Jamil)

Ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri tahun lalu, penulis berkesempatan singgah di beberapa toko Kitab Kuning yang berlokasi tak jauh dari pesantren. Seperti biasa, ketika berkunjung ke tempat-tempat yang ada toko kitabnya, rasanya tergiur untuk masuk ke dalam walaupun belum mampu membeli semua kitab yang ada. Tapi terkadang, walaupun hanya memandang sekilas kitab-kitab di sana, serasa sudah mengobati dahaga.

 

Saat masuk ke salah satu toko kitab di Ploso, ada beberapa kitab tipis —yang cocok untuk khataman Ramadhan— yang menjelaskan tentang puasa. Antara lain kitab ash-Shiyam karya Syaikh Abdullah Sirojuddin al-Husaini, Maqoshid ash-Shoum karya Syaikh ‘Izzuddin ibn Abdissalam, Risalah fi ash-Shiyam karya al-Habib Abdullah bin Husain bin Abdillah bin Ali bin Abdirrohman al-Masyhur, yang terakhir Asror ash-Shoum min Ihya’ Ulumiddin karya Imam al-Ghazali. Alhamdulillah, semuanya bisa terbeli.

 

Dari empat kitab yang disebutkan di atas, tulisan ini akan mereview satu kitab saja yang berjudul Asror ash-Shoum. Kitab Asror ash-Shoum ini merupakan kitab yang dinuqil langsung dari kitab Ihya’ Ulumiddin, karena Asror ash-Shoum sendiri merupakan salah satu bab di dalam kitab Ihya’ Ulumiddin juz 1 halaman 231 versi cetakan al-Haromain.

 

Kitab yang berjumlah 32 halaman ini menjelaskan seputar puasa dengan tujuh pembahasan pokok di dalamnya. Pertama, membahas tentang keutamaan puasa dan menjadikan suka terhadap puasa. Kedua, tentang kewajiban-kewajiban puasa. Ketiga, tentang perkara yang diwajibkan ketika membatalkan puasa.

 

Keempat, yaitu tentang sunnah-sunnahnya puasa. Kelima, tentang rahasia-rahasia puasa dan syarat-syarat puasa yang bersifat batin. Keenam, tentang ruh (esensi) puasa. Ketujuh, tentang anjuran berpuasa di hari-hari yang utama.

 

Demi menumbuhkan spirit dalam melaksanakan ibadah puasa, Imam al-Ghazali memantik dengan sebuah hadits berikut (hal. 3):

 

قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( لِلْجَنَّةِ بَابٌ يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ, لَا يَدْخُلُهُ إِلَّا الصَّائِمُوْنَ)) رواه البخاري (1896)

 

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “surga memiliki sebuah pintu yang dinamakan ar-Rayyan, yang mana pintu tersebut tidak akan dimasuki oleh siapapun melainkan hanya dimasuki orang-orang yang berpuasa.”

 

Kemudian, pada halaman 14 Imam al-Ghazali mengklasifikasikan tingkatan puasa menjadi tiga; pertama shoum al-‘umum (puasanya orang awam/kebanyakan), kedua shoum al-khusus (puasanya orang khusus), dan ketiga shoum khusus al-khusus (puasanya orang yang super khusus).

 

Imam al-Ghazali mendefinisikan jenis puasa yang pertama shoum al-‘umum, yaitu berpuasa dengan menahan perut dan kemaluan dari menunaikan syahwatnya semata. Sementara yang kedua shoum al-khusus, yaitu berpuasa dengan cara menahan telinga, mata, lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan yang lain dari melakukan perbuatan dosa. Jenis puasa yang kedua ini merupakan level puasanya orang-orang saleh yang mendefinisikan puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan haus.

 

Sedangkan ketiga puasa jenis shoum khusus al-khusus hanya dilakukan oleh orang tertentu saja seperti para nabi, para wali, as-shiddiqin dan al-muqorrobin, dan jarang orang yang sampai pada level ini. Menurut Imam al-Ghazali, puasa jenis ketiga ini adalah puasanya hati dari keinginan-keinginan rendahan serta pikiran-pikiran duniawi, dan mencegah hati dari memikirkan sesuatu selain Allah SWT secara totalitas.

 

Orang-orang yang sudah berada pada level puasa jenis ketiga ini beranggapan bahwa batalnya puasa bagi mereka adalah ketika berpikir tentang sesuatu selain Allah dan hari akhir, memikirkan dunia dan seisinya kecuali dunia yang diperuntukkan untuk memperkokoh pondasi agama dan sebagai bekal akhirat.

 

Selain menjelaskan klasifikasi puasa, Imam al-Chazali juga memaparkan tentang anjuran untuk berpuasa sunnah di hari-hari tertentu yang diutamakan dalam Islam. Seperti puasa di hari Arafah, puasa di hari ‘Asyura’, puasa 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah, puasa 10 hari pertama dari bulan Muharam dan beberapa bulan yang dimuliakan dalam Islam (al-asyhur al-hurum). (hal. 25)

 

Dengan membaca uraian singkat di atas, kira-kira pembaca yang budiman sudah masuk pada level puasa yang mana? Wallahu A’lam.

 

Identitas Buku:

Judul Kitab: Asror Ash-Shoum
Penulis: al-Imam Abu Hamid al-Ghazali
Penerbit: Maktabah al-Barokah​​​​​​​
Tebal: 32 halaman
Peresensi: Alfan Jamil, alumni Pondok Pesantren Nurul Jadid sekaligus Dosen Kajian Fiqh Ulama Nusantara di Ma'had Aly Nurul Jadid Paiton, Probolinggo.


Pustaka Terbaru