• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 20 April 2024

Pustaka

Childfree, Pilihan Sulit di Tengah Fitrah Manusia

Childfree, Pilihan Sulit di Tengah Fitrah Manusia
Sampul buku Childfree and Happy. (Foto: heypipit.com)
Sampul buku Childfree and Happy. (Foto: heypipit.com)

Allah SWT menciptakan makhluk berpasang-pasangan, termasuk manusia. Di muka bumi, manusia diamanahi menjadi pemimpin (khalifah) agar turut merawat dan menjaganya. Untuk menopang amanahnya, Allah menurunkan agama agar manusia tidak berbuat sesuka hati. Dalam agama, manusia dianjurkan untuk menikah dan mempunyai keturunan untuk melanjutkan keberlangsungan hidup.


Fitrah Manusia oleh Allah diberi keturunan sebagai titipan. Setiap orang tua mempunyai keharusan untuk mengajari, mendidik, dan membimbing buah hati. Maka, setiap orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam segala urusan anaknya, karena itu adalah sebuah titipan.


Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Anak hadir dalam keluarga memperindah di dalamnya. Bahkan, keluarga dirasa belum lengkap jika belum mempunyai anak. Pun demikian, dengan urusan pahala. Hadirnya buah hati sebagai pelestari pahala orang tua. Anak yang saleh dan budi pekerti yang baik, akan menjamin terkabulnya doa untuk kedua orang tua. Lain lagi dengan janji Allah bahwa segala yang bergerak di atas bumi akan dijamin rezekinya.


Dengan segala manis yang dijanjikan oleh agama, buah hati juga datang dengan pahitnya. Selain menganugerahi nikmat dan kebahagiaan, hadirnya buah hati juga memberi ujian dan cobaan dalam keluarga. Maka, dengan berbagai pertimbangan, beberapa orang memilih untuk tidak memiliki anak. Hal ini dikenal dengan sebutan Childfree.


Childfree adalah istilah baru yang sedang marak-maraknya. Istilah yang merujuk pada orang atau pasangan yang memilih untuk tidak mempunyai keturunan. Gampangnya, childfree merupakan pilihan dalam keluarga untuk tidak memiliki anak. Ini berbeda dengan istilah childless, sebuah istilah yang juga sama-sama tidak punya keturunan namun beda kondisi. Childless juga tidak punya anak namun sebab keguguran, kondisi fisik, dan biologis lainnya. Artinya, ia tidak mempunyai buah hati bukan karena keinginannya sendiri, berbeda dengan childfree yang memang memilih tidak memiliki anak atas kehendak pribadi.


Dalam teks agama tidak disebutkan keterangan mewajibkan setiap pasangan yang telah halal mempunyai keturunan. Namun, yang perlu digaris bawahi bahwa memiliki keturunan adalah fitrah manusia. Meneruskan keturunan adalah bagian dari kehidupan rumah tangga. Namun, tampaknya, belakangan ingin digalakkan oleh beberapa orang yang hidup bebas, hidup bahagia dengan pasangannya tanpa ‘dibebani’ buah hati.


Mulanya, istilah ini tidak populer di Indonesia. Video viral diunggah influencer Gita Savitri dan ditopang hadirnya buku yang ditulis oleh Victoria Tunggono ini. Hal ini membuat istilah Childfree kian populer dan marak. Buku Childfree and Happy ditulis berdasarkan pengalaman dan beberapa curhat dari teman-teman penulis.


Victoria yang tergabung dalam komunitas Indonesia Childfree Community (ICC) mempermudah dirinya memperoleh data. Ia mengutarakan berbagai macam alasan mengapa membuat banyak orang memutuskan hidupnya untuk childfree. Mulai dari masalah keluarga, kesehatan, pertimbangan gaya hidup, finansial hingga alasan terkait emosional.


Sebagai sebuah pilihan, childfree tentu memiliki dampak yang sangat besar, baik positif maupun negatif. Orang tua mempunyai tanggung jawab memberikan yang terbaik dalam pendidikan, pengasuhan, perawatan hingga perlindungan kepada anak.


Istilah ini sangat menarik dan banyak dikaji oleh banyak kalangan. Terutama sarjana Muslim, bagaimana mereka seharusnya bersuara. Ada banyak alasan kenapa dalam keluarga menolak untuk memiliki anak. Pertama, kurangnya keinginan untuk menjadi orang tua. Mereka matang dalam urusan rumah tangga, namun belum siap dengan hadirnya buah hati.


Kedua, ingin mengembangkan diri, karir atau pula jabatan. Artinya, dalam keluarga jika memiliki anak akan disibukkan dengan buah hati. Peran perempuan yang bertugas menyusui, mengasuh dan hamil adalah rentetan program yang akan menghambat proses melejitnya karir dan akan menghambat pekerjaan. Kesehariannya akan ‘sibuk’ dengan buah hati.


Faktanya, dalam agama tidak terlalu menekankan untuk mempunyai anak. Namun, hasil dari pernikahan memang adalah buah hati. Sebagai penerus juang orang tua. Dalam keluarga, semua bertanggung jawab penuh dalam mengurusi anak. Tidak hanya berpangku pada perempuan atau ibu. Sosok suami juga sangat penting dalam membimbing, mengajari buah hati.


Terlepas dari itu semua, setiap orang berhak untuk memutuskan tidak memiliki anak, baik untuk sementara waktu atau selamanya. Memilih childfree adalah sebuah pilihan yang mungkin sudah terbaik. Tentunya juga sudah dibicarakan dengan pasangannya masing-masing.


Namun, jika hanya memikirkan karir dan tidak mau mengemban amanah buah hati adalah keputusan yang cukup rumit. Sebab, jika hanya berkutat pada dua perkara tadi, maka siapa yang akan meneruskan juang yang sudah kita bangun bertahun-tahun jika bukan buah hati. Paling tidak, jika dalam rumah tangga sama-sama sakit, setidaknya buah hati yang akan merawat dan mengurus segala kebutuhan kita. Selamat membaca!
 

Identitas Buku:

Judul Buku: Childfree and Happy ​​​​​​​
Penulis: Victoria Tunggono​​​​​​​
Penerbit: Buku Mojok​​​​​​​
Tahun Terbit: November 2021
Tebal Buku: 150 halaman
ISBN: 978-623-96979-5-8
Peresensi: Musyfiqur Rozi, mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.


Pustaka Terbaru