• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 8 Mei 2024

Risalah Redaksi

Nahdliyin Berharap Harlah NU Tak Sekadar Selebrasi

Nahdliyin Berharap Harlah NU Tak Sekadar Selebrasi
Puncak Harlah Ke-99 NU di Bangkalan. (Foto: NOJ/Polri)
Puncak Harlah Ke-99 NU di Bangkalan. (Foto: NOJ/Polri)

Perhatian sejumlah kalangan dicurahkan antara lain kepada pengukuhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang dipusatkan di di Gedung Dome, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 31 Januari 2022. Agenda pengukuhan itu sekaligus membuka rangkaian acara hari lahir (Harlah) ke-96 NU berdasarkan penanggalan masehi hingga Harlah ke-99 NU berdasarkan hijriyah pada 16 Rajab 1443 atau 17 Februari 2022.
 

Dan benar saja, kepengurusan hasil Muktamar Ke-34 NU di Lampung masa khidmah 2022-2027 tersebut mendapat perhatian. Bahkan Presiden Joko Widodo dan Wapres KH Ma'ruf Amin turut datang dan memberikan sejumlah harapan kepada komposisi kepengurusan yang ada .   
 

Pada prosesi pengukuhan yang dipimpin Rais 'Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar tersebut, seluruh pengurus membacakan ikrar. Sebelum memandu pengukuhan, Kiai Miftah menyebut bahwa pengukuhan atau pelantikan tersebut adalah inisiasi spiritual.  Dengan pengukuhan, Kiai Miftah berharap mampu meningkatkan semangat dan komitmen dalam berkhidmah di NU.
 

Dan sekadar diketahui bahwa ikrar yang diucapkan seluruh kepengurusan PBNU menyampaikan tiga komitmen. Pertama, akan mengamalkan dan mempertahankan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, menegakkan akidah Islam Ahlussunnah wal Jama'ah, serta patuh pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Ulama. 
 

Kedua, akan melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama masa khidmat 2022 sampai 2027 dengan sebaik-baiknya demi untuk kepentingan Nahdlatul Ulama, kepentingan umat Islam, dan kepentingan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sedangkan ketiga, akan menyumbangkan tenaga dan pikiran dalam rangka ikhtiar untuk membangun manusia seutuhnya demi terwujudnya masyarakat adil makmur dan diridhai Allah SWT.
 

Kalau diperhatikan, betapa luhur ikrar yang disampaikan, sekaligus janji para pengurus. Dapat dibayangkan seandainya yang diucapkan menjadi komitmen dari dalam lubuk hati terdalam. Bahwa kepentingan agama, bangsa dan masyarakat bawah sebagai hal yang harus dikedepankan di atas tujuan pribadi. Dan bila hal tersebut demikian dilakukan, betapa Nahdliyin atau warga NU akan bersorak gembira. 
 

Karena seperti diketahui, kalangan masyarakat bawah yang dhuafa dan mustadhafin, mayoritas adalah warga NU. Mereka ada di semua sektor pinggiran kehidupan. Dari mulai petani, nelayan, buruh, guru berpenghasilan rendah, pedagang kecil dan mereka yang belum memiliki pekerjaan membanggakan lainnya. Pasti mereka menyampaikan harapan yang demikian tinggi kepada kepengurusan jamiyah lantaran memang selama ini luput dari perhatian. Mereka sebenarnya memiliki mimpi untuk bisa hidup layak, namun dalam realitanya menghadapi sejumlah kendala yang sangat sulit untuk diurai. Oleh sebab itu, sangat beralasan kalau Nahdliyin demikian berharap lebih.
 

Sementara pada kesempatan pengukuhan, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf mengajak para pengurus benar-benar bekerja untuk mencapai tujuan jamiyah.  Menurutnya, seluruh pengurus harus bekerja dengan nyata. Apa yang diucapkan tidak boleh berhenti hanya sebatas kata. Setiap kata harus menjadi kerja. Dan setiap kerja harus menghasilkan hasil yang ukurannya jelas. 
 

Dengan demikian, antara janji pengurus dan harapan Ketua Umum PBNU telah klop adanya. Dan hal tersebut ditunjukkan dengan beragam kerja sama yang dilakukan dan melibatkan berbagai kementerian. Di saat pengukuhan, Presiden Joko Widodo turut mendorong dan memberikan kesempatan agar NU berperan lebih. 
 

Memulai Aksi
Kalangan yang selama ini dilupakan, atau setidaknya belum memperoleh perhatian membanggakan mulai dilirik. Mereka adalah nelayan di kawasan Nusa Tenggara Timur menjadi perhatian pertama. PBNU memilih Desa Warloka, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai desa pertama proyek percontohan Kampung Nelayan Binaan NU. Pencanangan program secara resmi ditandai dengan pemberian bantuan awal untuk masjid, lembaga pendidikan, dan pemerintahan desa setempat. 
 

Acara yang dimulai dengan dialog dengan para nelayan ini menjadi momentum penetapan bagi Desa Warloka sebagai lokasi pengembangan Kampung nelayan Maju Nelayan Maju tahun 2022 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Dan konsekuensi dari penetapan ini adalah akan ada bantuan sarana pra sarana lingkungan, kegiatan pemberdayaan, dan pelatihan bagi para nelayan. Pada kesempatan tersebut diserahkan juga penyerahan paket bantuan alat tangkap ikan pancing ulur (hand line) untuk empat kelompok usaha bersama.
 

Beberapa permasalahan mendasar yang dihadapi nelayan mulai diurai. Karena problematika utama nelayan perikanan tangkap umumnya adalah mengalami kesulitan modal. Baik itu modal kerja yang berupa sembako dan solar, maupun modal investasi berupa kapal se-perlengkapannya dan akses pasar. Sehingga dengan keterbatasan itu, maka aktivitas nelayan jadi terkendala karena miskin sarana dan prasarana pendukung, seperti perlengkapan cold storage, garam dan es. Termasuk miskin sarana dan prasarana jalan menuju akses pasar. Konsekuensinya, para nelayan harus terburu-buru untuk bisa menjual hasil tangkapannya dan celakanya hal ini seringkali dimanfaatkan oleh tengkulak, yang tentu saja akan merugikan para nelayan, karena mereka mau tidak mau harus menjual hasil tangkapannya dengan harga tidak wajar. 
 

Harlah NU akhirnya dipungkasi di Bangkalan, Jawa Timur. Sebelumnya dilakukan ziarah ke makbarah muassis jamiyah yang berada di Jombang. Berikutnya melakukan napak tilas perjalanan ke Kantor PBNU pertama di kawasan Bubutan, Surabaya. Dan kembali, komitmen untuk memberikan perhatian dan pembelaan kepada wong cilik disampaikan pengurus. Dan beruntungnya, keinginan tulus dan mulia tersebut didukung banyak kalangan, termasuk tentu saja pemerintah lewat sejumlah kementerian.
 

Masalahnya, apakah itu saja cukup? Tentu saja tidak. Nahdliyin bisa saja mengumbar senyum dan harapan yang demikian tinggi kepada ikrar dan ikhtiar yang dilakukan PBNU. Tapi yang lebih mereka butuhkan adalah aksi nyata demi membela kepentingan warga kebanyakan yang hingga kini belum memperoleh perhatian yang memadai. Pada saat yang sama, atas nama pembangunan telah terjadi intimidasi kepada warga di kawasan Desa Wadas, kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah. 
 

Nahdliyin pasti akan memberikan waktu kepada PBNU untuk menunjukkan komitmen dan keberpihakan kepada nasib mereka yang selama ini terpinggirkan dalam pembangunan. Dan kesempatan tersebut telah terbuka lebar seiring dengan kerelaan banyak pihak untuk bekerja sama. Tentu saja, penantian warga ada batasnya, dan jangan sampai mereka putus harapan. Karena kalau hal terakhir yang terjadi, bukan tidak mungkin akan muncul ketidakpercayaan kepada kepengurusan yang ada. Dan tentu saja, hal tersebut tidak diinginkan. Bahwa Nahdliyin tentu saja berharap Harlah NU tak sekadar selebrasi, namun dibarengi dengan terobosan yang nyata. Oleh sebab itu, mari kita doakan dan dukung kepengurusan baru PBNU untuk bisa berkhidmat sesuai ikrar yang telah dikumandangkan saat pengukuhan. Selamat berkhidmat.


Editor:

Risalah Redaksi Terbaru