• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Tapal Kuda

Inilah Hikmah, Fadhilah dan Kesunahan dalam Wudlu

Inilah Hikmah, Fadhilah dan Kesunahan dalam Wudlu
Wakil Rais PCNU Lumajang, KH Ahmad Qusyairi. (Foto: Tangkapan layar)
Wakil Rais PCNU Lumajang, KH Ahmad Qusyairi. (Foto: Tangkapan layar)

Lumajang, NU Online Jatim
Wakil Rais Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Lumajang, KH Ahmad Qusyairi menjelaskan hikmah dan fadhilah melakukan wudlu secara sempurna lengkap dengan kesunahannya. Penjelasan itu disampaikan saat ngaji rutin kitab Irsyadul Ibad di gedung PCNU 1 jalan Alun-alun Timur, Sabtu (16/07/2022).


Dalam program ngaji rutin yang disiarkan langsung di fanpage PCNU Lumajang dan kanal youtube NU Lumajang ini, kesunahan pertama kali yang disebutkan Syaikh Zainuddin Al-Malibari, penulis kitab Irsyadul Ibad adalah membaca basmalah saat awal wudlu.


"Bahkan sebagian ulama mengatakan hukumnya wajib berdasarkan hadits yang artinya, tidak ada wudlu jika tidak disebutkan nama Allah. Namun, ulama yang mengatakan sunah itu mengartikan maksudnya adalah tidak sempurna wudlu jika tidak dibacakan basmalah," jelas Kiai Qusyairi.


Setelah membaca Basmalah, kata Kiai Qusyairi, hendaknya membasuh telapak tangan kemudian bersiwak dengan apapun yang kasar. Seperti ujung lengan baju dan lainnya, sedang yang paling utama menggunakan kayu Arok. Sementara bagi orang yang berpuasa tidak mendapat kesunahan bersiwak bila sudah tergelincirnya matahari.


"Makanya, Rasulullah bersabda, bau tidak sedap dari mulut orang yang berpuasa itu lebih harum bagi Allah dari pada minyak kasturi. Rasulullah pun menyampaikan dalam sebuah haditsnya, andaikan saja beliau tidak memberatkan umatnya, maka akan mewajibkan umatnya untuk selalu bersiwak," imbuhnya.


Kiai Qusyairi menambahkan, setelah itu dilanjut mengambil air kemudian digunakan sekaligus untuk berkumur dan menghirup air ke hidung dan dikeluarkan serentak bagi yang tidak puasa. Kemudian, mulai mengerjakan fardlu wudlu seperti niat, membasuh wajah dan sebagainya.


"Hal ini bisa membersihkan mulut dan hidung sehingga bebas dari penyakit seperti pilek. Kemudian setelah membasuh kedua tangan sampai siku, lanjut mengusap seluruh kepala. Caranya, basahi tangan dengan air kemudian dijalankan ke balakang terus balik lagi ke depan," terangnya.


Setelah itu, kata Kiai Qusyairi, membasuh telinga, menyela-nyelai jenggot dan godek yang tebal, serta menyela-nyelai jari-jari dengan diselipkan satu sama lainnya. Dan, menyela-nyelai jari kaki dan membasuhnya dari bawah memakai jari kelingking tangan kiri.


"Rasulullah bersabda, Allah tidak akan menyela-nyelai di antara tangan dan kaki yang disela-selai saat wudlu dengan api neraka. Artinya, kalau kita sembrono sampai ada yang tidak terkena basuhan air, maka bisa saja nanti terbakar api neraka," imbau Kiai Qusyairi.


Selain itu, melebihkan basuhan ke anggota badan hingga ke anggota badan yang tidak wajib dibasuh, seperti melebihi siku atau melebihi mata kaki dan lainnya. Karena hal demikian dapat menjadikan seseorang bersinar saat dibangkitkan dan dipanggil Allah nanti pada hari kiamat


"Saat wudlu sunah juga menggosok, ibarat lampu semakin digosok maka semakin terang. Tidak sunah membasuh leher dan berdoa di setiap melakukan basuhan anggota wudlu dengan doa masyhur, dan hadistnya maudlu," ujarnya.


Dalam penutupnya, Kiai Qusyairi berpesan bahwa kesunahan-kesunahan wudlu ini hendaknya bisa dilakukan. Karena semakin sempurna wudlu tersebut maka semakin bersinar dirinya nanti saat dibangkitkan di padang mahsyar karena bekas wudlu ini.


"Rasulullah bersabda, celaka bagi orang-orang yang tidak sempurna wudlunya. Makanya, mari kita lakukan ini, setiap ada kesempatan hendaknya berupaya untuk menyempurnakan wudlu sehingga kita akan mendapat hikmah tersebut demi kebahagiaan kita di akhirat," tandasnya.


Tapal Kuda Terbaru