• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Tapal Kuda

1 ABAD NU

Jelang 1 Abad NU, Gus Amak Kota Pasuruan: Ini 3 Hal yang Jadi Musuh Santri

Jelang 1 Abad NU, Gus Amak Kota Pasuruan: Ini 3 Hal yang Jadi Musuh Santri
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pasuruan, Muhammad Nailurrochman atau Gus Amak. (Foto: NOJ/tangkapan layar YouTube Salafiyah Media)
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pasuruan, Muhammad Nailurrochman atau Gus Amak. (Foto: NOJ/tangkapan layar YouTube Salafiyah Media)

Pasuruan, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pasuruan, Muhammad Nailurrochman atau Gus Amak mengulas 3 hal yang menjadi musuh pokok seorang santri. Yakni al-jahlu (kebodohan), al-fakir (kefakiran), dan al-kaslu (kemalasan). Ketiga pantangan tersebut juga memiliki 3 penawarnya masing-masing.


Al-jahlu dapat dihilangkan dengan al-ilmu atau pengetahuan. Menurut Gus Amak, tempat terbaik untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas keilmuan adalah pondok pesantren.


“Sebab di sana para santri dilatih untuk hidup prihatin tanpa gadget dan internet, sehingga lebih mudah untuk fokus,” ujarnya.


Dikatakan, santri harus haus ilmu, seharusnya bagi santri cita-citanya masuk ke pondok agar dapat membaca Al-Qur`an itu masih kurang. Kalau cita-citanya hanya itu, masuk Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) saja bisa.


“Diniatkan harus punya keinginan tinggi, seperti bisa menghafal Al-Qur`an, lebih-lebih bisa paham isi Al-Qur`an,” terang Kepala Pesantren Bayt Al-Hikmah Kota Pasuruan itu dalam tayangan YouTube Salafiyah Media yang ditonton, Sabtu (28/01/2023).


Pada seminar yang bertajuk ‘Santri Hari Ini adalah NU Masa Depan’ tersebut memang diadakan untuk menyongsong usia NU menjelang 1 abad tersebut, Gus Amak menyebutkan, Al-Qur`an sangat memuliakan orang-orang berilmu terbukti dari adanya penggalan ayat yang menjanjikan ditinggikannya derajat bagi orang berilmu.


“Kebodohan dapat mengantarkan seseorang menjadi ekstremis dan teroris,” ungkapnya.


Dijelaskan, semakin sempit keilmuan seseorang biasanya semakin tinggi sikap intolerannya, sebab ia hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya yang terbatas. Di pesantren diajarkan bermacam-macam ilmu dan pendapat mengenai sebuah syariat.


Musuh kedua para santri adalah al-fakir atau kefakiran. Kefakiran dapat dilawan dengan al-ghaniyy atau kekayaan. Dalam urusan rezeki, santri harus tetap melakukan ikhtiar dengan maksimal. Karena terlalu berpasrah pada takdir justru merupakan sikap suul adab seorang hamba pada Tuhannya.


“Kemiskinan harus dilawan dengan ikhtiar. Jangan sampai salah memahami tawakkal. Allah sendiri yang memerintahkan kita untuk berusaha dan berusaha juga bagian dari ibadah,” tandasnya.


Musuh ketiga yakni al-kasl atau kemalasan yang dapat dilawan dengan kemanfaatan. Cucu Kiai Hamid Pasuruan ini memberikan tips apabila tengah muncul rasa malas, hendaknya para santri segera mengingat suatu hadits yang menjanjikan bahwa Allah akan menolong hajat seseorang apabila ia membantu hajat orang lain.


“Dari sini kita harus semangat bagaimana meningkatkan kebermanfaatan untuk orang lain,” pungkasnya.


Tapal Kuda Terbaru