Perjalanan Intelektual Seorang Prof Akh Muzakki

Sidoarjo, NU Online Jatim

Siapa yang tak kenal dengan Prof Zaki, yang memiliki nama lengkap Prof. Akh Muzakki, M.Ag, Grad.Dip.SEA,M,Phil,Ph.D. Berbagai jabatan penting ia emban di pundaknya, mulai dari Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Sekretaris Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, tentu masih banyak lagi jabatan yang ia emban dan tidak bisa disebutkan di sini.

Potret kehidupan Prof Zaki sejak kecil hingga sukses seperti saat ini telah ia tuliskan sendiri pada bukunya yang berjudul ‘Eduspiring, Sekolah Inspirasi, Hidup Berprestasi’. Penulis yakin hanya sedikit yang mengetahui latar belakang kehidupan masa kecil Prof Zaki dalam menuntut ilmu. Tentunya kesuksesan akademik yang ia miliki tidak didapatkan dengan mudah. Ada jalan yang terjal yang dilalui oleh Prof Zaki masa ia belajar.

Hal menarik dalam buku ini Prof Zaki menceritakan, kesulitan keluarganya dalam bidang ekonomi. Sang ayah Imam Syafi yang saat itu hanya menjadi kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) KH Mukmin Sidoarjo yang kala itu masih serba keterbatasan, gaji yang didapat hanya cukup untuk makan sehari-hari, bahkan terkadang tidak cukup.

Keterbatasan itu pula yang menghambat Prof Zaki untuk bisa nyantri di pesantren seperti teman-temannya yang lain. Sang ayah dengan tegas menyatakan ketidakmampuannya membiayai Prof Zaki jika harus nyantri di pesantren, baginya bisa sekolah di Madrasah Aliyah (MA) saja sudah alhamdulillah.

Prof Zaki memegang tugus prinsip yang diajarkan oleh ayahnya ‘Hanya Kerja Keras yang Bisa Membuat Kita Bergerak Maju’. Semangat Prof Zaki dalam menimba ilmu kemudian sampai di pesantren kecil yang bernama El-Roudloh Pucang, Sidoarjo untuk ngaji ilmu alat dengan nyantri kalong. Di pesantren ini Prof Zaki mengenal Budiono yang saat ini menjadi Dosen Bahasa Arab di UINSA Surabaya. Budiono inilah yang kemudian mengajak Prof Zaki untuk ngaji kitab kuning di Masjid Al-Abror, Kauman, Sidoarjo. Di masjid ini terjadwal ngaji selama satu pekan penuh usai shalat maghrib.

Pada halaman 15, Prof Zaki menuliskan lengkap jadwal ia ngaji di Masjid Al-Abror mulai dari Senin hingah Ahad, siapa pengasuhnya dan apa kitab yang diajarkan. Hanya modal sepeda ontel, kertas dan bulpoin setiap hari Prof Zaki mengaji, ia tidak punya uang untuk membeli kitab yang diajarkan di Masji Al-Abror.

Bekal ilmu alat dari ngaji di El-Roudloh sangat berguna untuk Prof Zaki saat ngaji kitab kuning di Masjid Al-Abror. Ngaji berjalan satu bulan, Prof Zaki bersyukur bisa membeli kitab Nashoihul Ibad. Memiliki satu kitab kuning membuat Prof Zaki semakin tergila-gila ingin memiliki kitab kuning yang lain.

Di masjid itulah Prof Zaki merasakan ngaji ala pesanten yang kemudian membuatnya melalangbuana pendidikan di Australia hingga meraih gelar akademik tertinggi. Di buku ini pula Prof Zaki tidak lupa menjelaskan pentingnya seorang ibu bagi dirinya. Keputusan-keputusan penting ia ambil setelah meminta restu sang ibu. Pengalaman Prof Zaki di luar negeri yang dipaparkan dalam buku ini sangat bisa menjadi memotivasi bagi para pelajar/santri yang ingin belajar di luar negeri.