• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 4 Mei 2024

Opini

Peran Besar RA Kartini dalam Pendidikan Kaum Perempuan

Peran Besar RA Kartini dalam Pendidikan Kaum Perempuan
Sosok perempuan tangguh Raden Ajeng Kartini. (Foto: NOJ/ISt)
Sosok perempuan tangguh Raden Ajeng Kartini. (Foto: NOJ/ISt)

Raden Ajeng Kartini Djojo Adiningrat merupakan sosok perempuan yang aktif memperjuangkan kesetaraan hak perempuan. Sebagai perempuan Jawa, ia sangat merasakan ketimpangan sosial antara perempuan dan laki-laki kala itu.


RA Kartini terkenal dengan surat-suratnya oleh sejumlah orang di Belanda. Sejumlah surat di antaranya mengungkapkan bagaimana Kartini ingin memperluas pengetahuannya tentang berbagai pemikiran. Salah satu suratnya diterjemahkan Armijn Pane dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang:


"Kami, gadis-gadis masih terantai kepada adat istiadat lama, hanya sedikitlah memperoleh bahagia dari kemajuan pengajaran itu. Kami anak perempuan pergi belajar ke sekolah, keluar rumah tiap-tiap hari, demikian itu saja sudah dikatakan amat melanggar adat." (Surat kepada Nona Zeehandelaar, Jepara, 25 Mei 1899).


Surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L. Symmers ke dalam bahasa Inggris. Terbitnya surat-surat Kartini sangat menarik perhatian masyarakat Belanda. Di sisi lain, pemikiran-pemikiran Kartini juga mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa.


Salah satunya adalah Van Deventer, seorang tokoh politik etis atau politik balas budi. Ketika surat-surat Kartini diterbitkan pada tahun 1911, Van Deventer terkesan dengan tulisan-tulisan Kartini yang sejalan dengan cita-cita Devanter sendiri, yaitu mengangkat derajat bangsa pribumi secara rohani dan ekonomis serta memperjuangkan emansipasi mereka.


Pada tahun 1912 dibentuklah komite yang bertugas merumuskan pendidikan perempuan Jawa. Komite ini dijalankan dengan orang-orang yang dekat dan menyukai visi-visi Kartini, di antaranya yaitu Abendanon dan Deventer.


Di tahun itu juga diresmikan Yayasan Kartini dengan Conrad Theodore van Deventer sebagai ketua pertama. Keuangan Yayasan ini berasal dari penjualan kumpulan surat-surat Kartini.


Pihak Yayasan Kartini mendirikan sekolah wanita yang diberi nama Sekolah Kartini di Semarang pada tahun 1912. Di tahun pertamanya, sekolah Kartini menampung sekitar 112 orang siswa dengan lama pendidikan dua tahun.


Sekolah ini lalu semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Awalnya sekolah Kartini ditujukan untuk anak-anak bangsawan. Pengurus dan pengajarnya juga diisi oleh perempuan-perempuan Belanda. Namun kebijakan ini perlahan berubah ketika sekolah Kartini memperluas jaringan ke berbagai daerah. Pada akhirnya sekolah Kartini tidak lagi didominasi oleh anak-anak perempuan bangsawan.


Sekolah Kartini juga didirikan di Jakarta di bawah Vereeniging Bataviasche Kartinischool (Perhimpunan Sekolah Kartini Batavia). Sekolah ini pun menjadi jaringan sekolah pertama yang bersedia menampung anak tidak mampu.


Perhimpunnan itu pun memasukkan anak perempuan kalangan menengah ke sekolah Kemadjoean Istri School yang tergolong sebagai sekolah pribumi kelas dua. Pada tahun 1928 dengan semangat kebangkitan nasional, para guru pribumi pun bisa masuk sebagai pengurus dan pengajar di Sekolah Kartini.


Berkat perjuangan panjangnya mendirikan sekolah perempuan, kualitas pendidikan di Indonesia mulai perlahan mengalami perkembangan. Melalui perjuangannya ini, R. A. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan di Indonesia. Atas jasanya, kualitas pendidikan di Indonesia yang semula terbatas untuk beberapa kalangan saja peralahan dapat terbuka untuk berbagai kalangan masyarakat.


Opini Terbaru