• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 24 Juni 2024

Pustaka

Mengungkap Sejarah Madinah dari Masa Pra-Islam hingga Modern

Mengungkap Sejarah Madinah dari Masa Pra-Islam hingga Modern
Sampul buku Madinah karya Zuhairi Misrawi. (Foto: NOJ/ Istimewa)
Sampul buku Madinah karya Zuhairi Misrawi. (Foto: NOJ/ Istimewa)

Zuhairi Misrawi seorang cendekiawan muda NU memiliki perhatian khusus terhadap Kota Madinah. Sebab itu, ia mengulas panjang lebar perihal kota suci kedua setelah Makkah itu dengan bukunya yang berjudul ‘Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad SAW’.

 

Dalam buku tersebut nampaknya ia ingin masyarakat luas lebih banyak mengenal tentang Madinah. Oleh karenanya ia menulis dengan bahasa populer dan lumrah dikonsumsi banyak kalangan, bukan bahasa akademik yang dipenuhi banyak kata-kata jelimet (susah dipahami) bagi masyarakat luas.

 

Penulis yang saat ini menjabat Duta Besar Republik Indonesia (RI) di Tunusia itu mengulas sejarah kota yang merekam jejak dakwah Nabi Muhammad SAW. Dalam ulasan sejarah ini, ia membagi menjadi tiga tema, Madinah Pra-Islam, Madinah Masa Islam, dan Madinah Modern.

 

Aspek sejarah memang tidak bisa dilepaskan ketika mengulas sebuah kota, karena Madinah Pra-Islam, masa Islam dan modern, diibaratkan suatu benang yang tersambung. Jika hanya mengetahui keadaan Madinah modern saja tentu akan gersang dan kurang berarti.

 

Selain masyhur dengan kota nabi, Zuhairi mengenalkan Madinah sebagai kota ilmu. Hal itu karena di Masjid Nabawi Nabi Muhammad SAW mendidik para sahabat seperti Abdullah bin Mas’ud, Abu Hurairah, Mu’adz bin Jabal, Sa’ad bin Mu’adz, serta Abdullah bin Umar.

 

Di dalam buku tersebut Madinah juga disebut kota pertanian karena cocok untuk Bertani. Di Madinah cocok untuk menanam kurma, bahkan Madinah mempunyai ladang kurma terbesar. Salah satu lembah yang subur adalah lembah Aqiq, sekitar tiga mil wilayah Barat Madinah.

 

Zuhairi dalam buku ini juga mengisahkan perjalanannya menuju Madinah bersama teman-temannya berangkat dari Mesir, saat menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir.

 

Zuhairi juga melengkapi buku ini dengan ulasan terkait etika berziarah. Nampaknya hal ini sangat penting untuk dipelajari dan diamalkan. Jangan sampai kota suci ini kita nodai dengan hal-hal yang tidak sesuai dengan etika Islam. Seperti yang saat ini menjadi perbincangan publik, berlebihan melakukan foto selfi saat berziarah baik di Makkah dan Madinah.

 

Tidak lupa, sampai saat ini yang paling terkenal adalah Piagam Madinah. Dalam buku ini Zuhairi menuliskan butir per butir isi Piagam Madinah, yang menjadi rujukan para pendiri bangsa mendirikan negara Indonesia yang berasas Pancasila.

 

Identitas Buku:

Judul buku: Madinah; Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad SAW
Penulis: Zuhairi Misrawi
Penerbit: Kompas
Tahun terbit: 2009
Tebal: 386 halaman
ISBN: 9789-602-412-438-0
Peresensi: Boy Ardiansyah, guru MI Miftahul Ulum Balongmacekan dan SMP Unggulan Al-Hidayah, Kecamatan Tarik, Sidoarjo.


Pustaka Terbaru