• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Pustaka

Menilik Kisah Eks-Narapidana Teroris yang Bertobat

Menilik Kisah Eks-Narapidana Teroris yang Bertobat
Sampul buku 'Menjerat Teror(isme) Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi!'. (Foto: NOJ/ Risalatul Mu'awanah)
Sampul buku 'Menjerat Teror(isme) Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi!'. (Foto: NOJ/ Risalatul Mu'awanah)

Terorisme dan radikalisme selalu jadi tema-tema serius belakangan ini yang bisa menyasar semua kalangan. Hal itu karena seringkali modusnya berkedok agama untuk membenarkan perilaku teror, cuci otak, perusakan hingga pertumpahan darah. Banyak faktor yang melatarbelakangi paham ini, sehingga mampu mengubah pola piker seseorang menjadi sangat ekstrem.


Buku dengan judul ‘Menjerat Teror(isme); Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi!’ ini merupakan hasil penelitian para dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yakni, Mukhzamilah, Much Khoiri, Ahmad Bashri dan Mohammad Syahidul Haq. Buku yang terbit pada Mei 2022 ini di dalamnya menguak aspek-aspek terselubung terorisme yang belum banyak diketahui publik.


Dengan membaca buku ini, pembaca akan menemukan pengakuan jujur dari eks narapidana teroris atau napiter. Mulai dari kronologi, penyebab bergabung dengan para teroris, hingga perjalanan melepaskan diri dari jaringan tersebut. Selain itu, kesaksian keluarga yang menerima dampak emosional dari perbuatan eks-napiter juga menambah kekayaan data yang akan diterima.


Buku ini tersaji dalam dua bagian utama. Pertama, memaparkan pengakuan 15 eks-napiter, sedang bagian kedua berisi tentang kesaksian empat anggota keluarga. Pengakuan mereka yang dikemas dengan sudut pandang orang pertama mampu menyentuh hati pembaca dan dampak sosial dalam berkomunikasi secara tertulis. Meski demikian, identitas tokoh disamarkan. Laki-laki menggunakan nama hewan, sedangkan narasumber perempuan menggunakan nama bunga.


Dikisahkan, Kocheng (nama samaran) seorang santri yang tidak mau mendengar pendapat orang lain kecuali dari sang kiai. Menurutnya, ucapan seorang kiai merupakan kebenaran mutlak. Suatu ketika, di sebuah masjid tidak sengaja ia berbincang dengan seseorang yang mampu mematahkan pemikirannya selama ini. Celakanya, orang tersebut mencuci otak Kocheng terhadap makna jihad dan perlahan mengajaknya mengikuti sikap fanatisme yang dimiliki.


Telegram merupakan salah satu media Kocheng untuk mengikuti kajian secara online. Di sinilah dia merasakan ghirah ‘membela agama’ yang tidak pernah dirasakan selama menjadi santri. Bahkan, dirinya melalui komando Panthera (nama samaran) telah berencana menjadi pelaku bom bunuh diri. (Hal. 56)


Singkat cerita, tahun 2016, beberapa bulan setelah terjadinya insiden bom Thamrin, Kocheng ditangkap Densus 88 dengan vonis empat tahun penjara. Di balik jeruji besi ia mulai mampu bersikap lebih luwes dan tidak mudah memberi label negatif kepada orang lain. Kocheng kemudian bertaubat dan menerima keputusan kepolisian dengan ikhlas. Pasca keluar dari lapas, dia bekerja sebagai pengemudi ojek online dan mendirikan usaha minuman bersama istrinya.


Menariknya, setiap ujung cerita dari eks-napiter selalu diakhiri dengan pesan dari mereka yang menjadikan pembaca lebih waspada. “Meskipun saya berlatar belakang seorang santri, tidak menjadi jaminan saya tak terlibat di dalam terorisme. Melalui kisah ini saya ingin menyampaikan pelajaran berharga, bahwa dalam mencari ilmu, kita harus mempunyai barometer. Jangan sampai lepas pegangan dan kehilangan kontrol. Rasa penasaran merupakan hal baik, namun jangan sampai tidak memiliki batasan sehingga berakhir menyesatkan diri sendiri.” (Hal. 62)


Masih banyak kisah dan kesaksian eks-napiter yang menarik untuk dibaca. Mulai dari anak yang kurang perhatian keluarga, remaja yang mencari jati diri, suami istri yang dikucilkan tetangga, karyawan pabrik, bahkan kisah dari seorang tenaga pendidik.


Sebagai upaya gerakan deradikalisasi, buku dengan tebal 240 halaman ini layak untuk dimiliki. Hanya saja, beberapa cerita yang menggunakan bahasa Jawa tidak diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sehingga menyita waktu pembaca luar Jawa untuk memahami maksud kalimatnya.


Buku yang tergolong baru ini juga belum tersedia di toko online, namun pembaca tidak perlu risau, karena dapat menghubungi penerbit secara langsung. Selamat membaca.
 

Identitas Buku:

Judul: Menjerat Teror(isme) Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi!
Penyusun: Mukhzamilah dkk.
Penerbit: Uwais Inspirasi Indonesia
Tahun Terbit: Mei 2022
ISBN: 978-623-227-733-5
Peresensi: Risalatul Mu’awanah, Ketua III Pengurus Cabang (PC) Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Putri (Kopri) Pacitan.


Pustaka Terbaru