• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Pustaka

Pembaruan Islam: Dari Invasi Napoleon hingga Berdirinya Pakistan

Pembaruan Islam: Dari Invasi Napoleon hingga Berdirinya Pakistan
Sampul buku Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Foto: NOJ/ISt)
Sampul buku Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Foto: NOJ/ISt)

Sejarah peradaban Islam tidak terlepas dari masa kemajuan dan kemunduran. Dalam waktu sekitar satu abad sejak kelahirannya, agama ini mampu menampilkan dirinya sebagai kekuatan besar dunia sekaligus raja pengetahuan ilmiah. Namun, sudah barang tentu bahwa setiap peradaban di dunia ini tanpa pengecualian pada waktunya pasti mengalami kemunduran, bahkan kehancuran.


Kemunduran tersebut diakibatkan berbagai faktor. Misalnya, serangan bangsa lain yang merupakan contoh faktor eksternal. Kemudian bisa juga akibat faktor internal seperti perang saudara atau konflik yang terjadi pada elit politik.


Di luar beberapa penyebab kemunduran yang telah disebutkan di atas, khususnya seperti yang terjadi di dunia Islam, penyebab yang tidak kalah riskan adalah ketika terjadi kemandekan atau Muhammad Abduh menyebutnya dengan "jumud". Kejumudan dalam hal inovasi akibat sifat taqlid serta ditambah dengan menyerahkan semua nasib kepada takdir ilahi (fatalisme). Penyakit ini lah yang terjadi di dunia Islam pada saat menjelang keruntuhan Turki Utsmani.


Untuk mengatasi hal tersebut, para tokoh pembaru (ejaan lama: pembaharu) bekerja keras untuk menyelamatkan umat Islam atas kemandekan dan ketertinggalan di pelbagai bidang. Misalnya, dalam bidang politik, pendidikan, sains, teknologi, dan militer.  Artinya, pembaruan di masa itu tidak melulu terbatas pada pembaruan dalam  Islam berupa penafsiran ulang terhadap Al-Qur'an dan hadits agar Islam tetap kompatibel dengan kondisi jaman.


Dalam buku ini terdapat tiga bagian yang berisikan tokoh-tokoh pembaru Islam abad ke-19 dengan penjelasan biografi, pemikiran dan gerakan setiap tokoh dengan singkat yang dikelompokkan berdasarkan negara asalnya. Seperti, Turki, Mesir, dan India/Pakistan.


Pada bagian pendahuluan buku ini, Harun Nasution memaparkan terlebih dahulu asal mula mengapa umat Islam terpacu untuk melancarkan gerakan pembaruan. Hal ini tidak bisa terlepas dari kedatangan Napoleon dan pasukannya dalam menaklukkan Mesir dalam Pertemuan Piramida pada 1798. Di samping melakukan aksi militer, Napoleon juga memiliki misi yaitu pengembangan sains dan modernisasi Mesir yang didukung oleh para ahli diberbagai disiplin keilmuan serta sarana pendukung, yaitu mesin cetak yang bisa mencetak tulisan Latin, Arab, dan Yunani.


Setelah Napoleon berhasil menaklukkan Mesir, tidak lama kemudian negeri Fir'aun tersebut direbut kembali oleh tentara Utsmani yang dipimpin oleh Muhammad Ali Pasha. Alih-alih membersihkan pengaruh Barat yang dibawa oleh Napoleon, Ali Pasha melanjutkan misi dan gagasan modernisasi yang dibawa oleh Napoleon di Mesir.


Ia menyadari bahwa posisi umat Islam terbelakang dalam hal teknologi militer sehingga mudah dikalahkan. Atas dasar itu, Ali Pasha mendatangkan ahli dari Barat dan melakukan pengiriman pelajar ke Prancis, Italia, Inggris, dan Austria untuk mempelajari pengetahuan ilmiah dan teknologi. Langkah ini membuat mata umat Islam lebih terbuka yang sebelumnya sangat terbatas dalam melihat dunia luar.


Gagasan Ali Pasha dalam melakukan modernisasi dan pembaruan Islam dilanjutkan oleh tokoh-tokoh selanjutnya khususnya mereka yang berada di Mesir, yaitu al-Tahtawi, Jamal al-Din al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Tokoh-tokoh tersebut memiliki hubungan guru-murid yang erat sehingga memiliki pola pemikiran yang hampir sama, yakni konservatif-progresif.


Misalnya, pemikiran konservatif yang dimiliki Abduh yang berasal dari al-Afghani yang merupakan gurunya berkaitan dengan purifikasi ajaran Islam dari macam bid'ah dan takhayul. Pemikiran seperti ini diikuti juga oleh muridnya, yaitu Rasyid Ridha. Tetapi, di samping sifat konservatifnya, mereka juga memiliki gagasan progresif yang antara lain: pembaruan Islam dalam bidang sosial dan ekonomi; menyingkirkan paham fatalisme; meningkatkan mutu pendidikan; dan dorongan untuk umat Islam untuk ijtihad.


Mereka juga tidak ragu untuk mengambil produk peradaban Barat selagi itu tidak bertentangan dengan Islam. Gagasan ini yang kemudian dikenal dengan pan-Islamisme. Tokoh terkenal dari gerakan ini adalah al-Afghani yang tidak lain guru dari Abduh. Munculnya pan-Islamisme akibat ketidakpuasan terhadap gerakan islamisme yang telah terbentuk sebelumnya yang cenderung alergi terhadap Barat. Oleh sebab itu, tidak aneh jika tokoh-tokoh di atas pernah mengenyam pendidikan di Prancis dan menerbitkan majalah/koran sebagai media penyebaran gagasan pembaruan mereka.


Kemudian pada bagian kedua dari buku ini, Nasution menjelaskan tentang pembaruan yang terjadi di Turki Utsmani yang digawangi oleh Sultan Mahmud II. Dalam bidang pendidikan misalnya, melakukan perubahan kurikulum madrasah dengan menambahkan pengetahuan-pengetahun umum di samping pengetahuan agama. Sultan juga mendirikan sekolah umum yang diajarkan bahasa Prancis dan berbagai ilmu seperti, geografi, matematika, sejarah, dan politik.


Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Ali Pasha, Sultan juga melakukan pengiriman pelajar ke Eropa. Langkah tersebut membuahkan hasil, tidak lama kemudian muncul buku-buku yang berisi gagasan Barat dalam berbahasa Turki.


Tokoh pembaru dari Turki lainnya adalah Mustafa Kemal Attaturk. Terlepas dari aksi kontroversialnya dalam menegakkan sekularisasi di Turki, ia dijuluki "bapak Turki" karena keberhasilannya dalam mendirikan negara Turki dan menyelamatkannya dari ancaman perebutan wilayah oleh Barat imbas dari runtuhnya Turki Utsmani.


Selain Mesir dan Turki Utsmani, pembaruan juga terjadi di India dengan ciri khas dan model gerakannya sendiri seperti yang dibahas dalam bagian ketiga. Tokoh penting dalam pembaruan Islam di India adalah Syah Abdul Aziz, Sayyid Ahmad Syahid, dan Sayyid Ahmad Khan. Kita dapat membaginya dalam dua jenis yaitu gerakan dan pemikiran pembaruan Islam moderat dan radikal. Sebagai contoh, tokoh-tokoh tersebut memiliki respon berbeda terhadap Barat (Inggris) yang ketika itu menduduki wilayah India.


Bagian akhir buku ini ditutup dengan tokoh-tokoh pembaru Islam abad ke-20 dari Pakistan seperti Muhammad Iqbal dan Muhammad Ali Jinnah. Kedua tokoh ini berperan besar dalam berdirinya Pakistan. Iqbal mengatakan bahwa Islam adalah agama yang dinamis. Untuk itu mengakui adanya  gerak dan perubahan dalam kehidupan sosial manusia yang ini disebut dengan ijtihad.


Dalam kaitannya dengan penyebab kemunduran yang terjadi di dunia Islam, Iqbal tidak jauh berbeda dengan tokoh pembaru lainnya misalnya Abduh, bahwa penyebab kemunduran Islam adalah akibat dari kebekuan dalam pemikiran (jumud).


Gerakan-gerakan pembaruan di Dunia Islam pada kurun abad ke-19 dan abad ke-20 memiliki beberapa faktor yang substansial. Misalnya, keresahan terhadap umat Islam yang enggan berinovasi (ijtihad, penyelewengan terhadap ajaran Islam, otoritarianisme penguasa, dan kolonialisme bangsa Barat.


Meskipun buku ini hanya menjelaskan secara singkat dalam setiap pembahasan seorang tokoh. Tetapi, itu cukup untuk kita dalam memahami bagaimana latar belakang, faktor, dinamika, dan tantangan dalam melakukan pembaruan Islam pada masa tersebut. Gagasan pembaruan dari tokoh-tokoh tersebut masih dirasakan oleh kita di era sekarang. Misalnya, di sekolah Islam (madrasah) tidak hanya diajarkan ilmu-ilmu agama melainkan juga sains, itu merupakan buah pemikiran dari Abduh dua abad yang lalu.
 

Identitas Buku:

Judul: Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan
Penulis: Harun Nasution
Penerbit: Bulan Bintang
Tebal: 214 halaman
Tahun terbit: 2001
ISBN: 978-418-053-X
Peresensi: Mohamad Irfan, Mahasiswa S2 Studi Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung


Pustaka Terbaru