• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Pustaka

Perjalanan Hidup Kiai Ali Maksum Rais Aam PBNU 1980-1984

Perjalanan Hidup Kiai Ali Maksum Rais Aam PBNU 1980-1984
Buku biografi KH Ali Maksum karya Ahmad Athoillah. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Buku biografi KH Ali Maksum karya Ahmad Athoillah. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Siapa yang tidak mengenal KH Abdurrahmah Wahid (Gus Dur), KH Mustofa Bisri (Gus Mus) atau KH Said Aqil Siradj. Ketiganya adalah tokoh kharismatik NU yang sangat disegani berbagai kalangan karena kealimannya. Di balik kealiman ketiga tokoh tersebut tentu ada peran guru atau kiai yang alim dan visioner, yakni KH Ali Maksum. Ketiganya pernah menjadi santri dari Kiai Ali Maksum di Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta.

 

Oleh karenanya, dalam mengenal Gus Dur, Gus Mus dan Kiai Said kurang lengkap jika belum mengetahui guru ketiga tokoh ini. Salah satu buku yang bisa dibaca untuk mengetahui perjalanan hidup Kiai Ali Maksum adalah buku berjudul ‘KH Ali Maksum, Ulama, Pesantren, NU’ karya Ahmad Athoilah.

 

Dalam buku ini diceritakan perjalanan hidup Kiai Ali Maksum kecil, masa menuntut ilmu, merajut rumah tangga, mengasuh pesantren, menjadi Rais Aam PBNU, hingga hari wafatnya. Bagi seorang santri, dengan membaca buku ini ia bisa meneladani bagaimana semangat Kiai Ali Maksum dalam menuntut ilmu. Karena sang ayah, KH Maksum Ahmad, menginginkan sang anak menjadi ahli fikih.

 

Tak ayal, saat Kiai Ali Maksum berusia 12 tahun ia dikirim ke Pondok Pesantren Tremas, Pacitan. Kemudian, saat menginjak masa remaja Kiai Ali Maksum dimondokkan ke Pesantren Kiai Amir Idris Pekalongan. Dari Pesantren Kiai Amir, Kiai Ali Maksum kemudian kambeli ke Pesantren Tremas Pacitan.

 

Pada tahun 1938, Kiai Ali Maksum menikah dengan Nyai Hasimiyah binti KH M Munawwir Krapyak, Yogyakarta. Usai menikah, Kiai Ali Maksum berangkat ke Makkah untuk melaksanakan haji yang dibiayai oleh H Junaid. Sama halnya kiai lain, selain berhaji Kiai Ali Maksum juga menimba ilmu dengan mengaji kepada ulama-ulama besar, seperti Sayid Alwi Al-Maliki dan Syaikh Umar Hamdan.

 

Di samping itu, kiprah Kiai Ali Maksum di organisasi Nahdlatul Ulama tidak diragukan lagi. Ia pernah menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Sebelumnya, pada tahun 1975-1981, Kiai Ali Maksum tercatat sebagai Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di momen inilah Kiai Ali Maksum mulai mengkader santri-santrinya untuk khidmat di NU, seperti KH Mukti Ali, Gus Dur, Slamet Efendi Yusuf, hingga KH Syukron Makmun.

 

Saat menjabat Rais Aam PBNU, Kiai Ali Maksum harus banyak menyelesaikan tugas besar PBNU yang telah dirumuskan pada Muktamar ke-26 NU di Semarang. Di antaranya, masalah asas organisasi dan pandangan tentang Pancasila sebagai asas organisasi, hingga penataan organisasi untuk memulihkan wewenang lembaga syuriyah sebagai pemegang kekuasan tertinggi di NU.

 

Kiai Ali Maksum kemudian wafat hari Kamis 07 Desember 1989 di usia ke-74 tahun di RSUP dr Sardjito, Yogyakarta. Kabar duka kemudian disampaikan ke Krapyak melalui gelombang radio pendek yang terpasang selama Kiai Ali Maksum sakit. Proses memandikan jenazah Kiai Ali Maksum dipimpin KH Zainal Abidin Munawwir dan dibantu oleh Wasilan, Asrofi dan lain-lain.

 

Identitas Buku:

Judul buku: KH Ali Maksum (Ulama, Pesantren dan NU)
Penulis: Ahmad Athoillah
Penerbit: LKiS​​​​​​​
Tahun terbit: 2019
Tebal: 284 Halaman
ISBN: 978-602-6610-11-9​​​​​​​
Peresensi: Boy Ardiansyah, guru MI Miftahul Ulum Balongmacekan dan SMP Unggulan Al-Hidayah, Kecamatan Tarik, Sidoarjo.


Pustaka Terbaru