• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Rehat

Syair-Syair Cinta Abu Nawas: Dari Pdkt, Diputusin hingga Dipaksa Naik Haji

Syair-Syair Cinta Abu Nawas: Dari Pdkt, Diputusin hingga Dipaksa Naik Haji
Abu Nuwas T-Shirt (Designed by Tangtu)
Abu Nuwas T-Shirt (Designed by Tangtu)

Abu Nawas adalah penyair termasyhur dari jazirah Arab yang hidup di era Dinasti Abbasiyah. Terlahir dengan nama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al Hakimi, julukan Abu Nawas (bapak ikal) disematkan oleh orang-orang Baghdad lantaran ia memiliki rambut hitam yang panjang dan lebat. 

 

Dalam catatan Ibn Khallikan, Abu Nawas lahir di Kota Ahvaz, Persia, tahun 145 H/747 M. Ayahnya, Hani Al Hakam, adalah seorang tentata. Sedangkan ibunya, Jalban, yang berdarah Persia bekerja sebagai buruh cuci.

 

Bersama ibunya, Abu Nawas kecil hijrah ke Baghdad, Irak, setelah ayahnya wafat dalam medan pertempuran. Kepiawaiannya menulis puisi, ditambah sifatnya yang kocak membuat namanya semakin dikenal oleh masyarakat, termasuk para kaum bangsawan. Bahkan, Khalifah Harun Al-Rasyid pernah menunjuknya sebagai penyair istana.

 

Meski Abu Nawas pernah mendapat pendidikan agama, Abu Nawas di semasa mudanya adalah seseorang yang menyukai kehidupan hura-hura dan berpesta pora. Dia adalah seorang pemabuk berat. Hal ini dapat diketahui melalui beberapa tema-tema puisi yang dia ciptakan di saat masa mudanya dulu. Syair-syairnya masa itu lebih banyak bercerita tentang minuman, wanita, dan cinta. Meski seorang pemabuk, kepiawaiannya dalam mencipta syair ketika itu nyaris tak tertandingi. Jim Colville menyebut Abu Nawas sebagai penyair ulung yang menunjukkan penguasaan teknis atas semua genre utama.

 

Dosen Filsafat UIN Yogyakarta,  Dr Fahruddin Faiz mengungkapkan syair-syair bernuasa cinta, arak, dan perempuan yang dikarang Abu Nawas terjadi pada babak awal kehidupannya.


“Jadi di luar kecerdikannya, Abu Nuwas ini seorang yang sangat pintar bikin puisi, bikin syair. Tapi ya tetap ini dalam konteks dia hura-hura sebenarnya. Ini babak awal kehidupannya,” ujar Dr Fahruddin.


Syair-syair cinta yang dikarang Abu Nawas menjadi bukti bahwa ia sungguh-sungguh mencintai kekasihnya. Berikut ini beberapa syair cinta Abu Nawas yang diterjemahkan Dr Fahruddin:

 

Duhai mata yang mempesona engkau redup selamanya
Tatapanmu menguak rahasia yang tersimpan di dada
Perhatikanlah diri kita engkau menutupiku meski engkau sendiri tanpa baju
Seakan takdir menyembunyikanku
Engkau membunuhku tanpa harapan untuk balas dendam
Seakan pembunuhan itu adalah persembahan kepada Tuhan

 

Dr Fahruddin juga mengutip puisi cinta Abu Nawas yang memaksakan dirinya naik haji lantaran kekasihnya, Jinan memintanya menunaikan rukun Islam kelima ini.

 

Apakah engkau tahu betapa umurku sia-sia oleh permintaannya
Sedang permintaan itu alangkah sulitnya
Karena tak kudapat alasan untuk mendekatinya terpaksa yang sulit itu kulakukan juga 
Aku menunaikan ibadah haji
Dan kukatakan aku benar-benar telah haji
Duhai Jinan akhirnya kemudahan menyatukan aku dengannya

 

Syair ketika kekasih Abu Nawas sedang marah.


Aku puasa saat engkau marah dan berbuka saat engkau bahagia gembira


Syair Abu Nawas ketika harus menerima kenyataan bahwa cintanya kandas di tengah jalan.

 

Kutulis di atas pipiku satu kalimat untuknya: Duhai beratnya saat berpisah
Ia menjawab dengan gerakan jarinya "Kupahami pesanmu namun untuk kita tiada lagi jalan bertemu


Rehat Terbaru