Keislaman

Inilah Adab Perjalanan yang Perlu Diketahui Pemudik

Sabtu, 29 Maret 2025 | 18:00 WIB

Inilah Adab Perjalanan yang Perlu Diketahui Pemudik

Ilustrasi keluarga hendak melakukan perjalanan. (Foto: NOJ/ freepik)

Libur Lebaran Idul Fitri 1446 H, menjadi suatu momen bagi masyarakat Indonesia untuk melakukan Mudik ke kampung halamannya masing-masing. Agar perjalanan menjadi berkah dan mendapat perlindungan Allah SWT, maka alangkah baiknya kita menjaga adabnya-adabnya safar (perjalanan). 

 

Adab dalam safar merupakan konsep Islam yang mencakup tata krama, etika, dan kesopanan dalam aspek melakukan suatu perjalanan. Secara umum, adab mengacu pada perilaku yang baik, sikap hormat terhadap orang lain, serta menjalankan kewajiban sosial dan agama dengan penuh kesadaran. Lantas apa saja adab-adab dalam perjalanan?

 

Imam Muhyiddin Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi atau biasa dikenal Imam An-Nawawi melalui kitab Riyadhus Shalihin menganjurkan kaum muslim yang akan bepergian jauh seperti mudik, untuk memperhatikan beberapa perkara sebagai adabnya. 

 

Adapun adab perjalanan dalam kitab Riyadhus Shalihin setidaknya terdapat 11 perkara sebagaimana berikut:

 

1. Anjuran berangkat pada hari Kamis dan pagi hari
Disunnahkan berangkat pada hari Kamis, karena Rasulullah ﷺ sering memilih hari Kamis untuk melakukan perjalanan. Seperti penjelasan hadits berikut,

 

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: لَقَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ يَخْرُجُ إِلَّا فِي يَوْمِ الْخَمِيسِ

 

Artinya: Dari Ka‘ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: "Jarang sekali Rasulullah ﷺ bepergian kecuali pada hari Kamis." (HR. Bukhari dan Muslim)

 

2. Anjuran mencari teman perjalanan (jangan sendirian) 

 

3. Etika dalam perjalanan, berhenti, bermalam, dan tidur saat bepergian

 

4. Membantu teman perjalanan

 

5.  Bertakbir saat mendaki bukit, serta bertasbih saat turun ke lembah. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

 

وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : ( كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجُيُوشُهُ إِذَا عَلَوُا الثَّنَايَا .. كَبَّرُوا ، وَإِذَا هَبَطُوا .. سَبَّحُوا ) رَوَاهُ أَبُو دَاوُودَ بِإِسْنَادٍ صحيح

 

Artinya: Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: "Ketika Nabi ﷺ dan pasukan beliau menaiki tempat yang tinggi, mereka bertakbir, dan ketika menuruni tempat yang rendah, mereka bertasbih." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang sahih).

 

7. Anjuran memnjatkan doa ketika dalam perjalanan, karena doanya seorang musafir itu pasti dikabulkan,

 

٩٩٥- عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكٍّ فِيهِنَّ : دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ ، وَدَعْوَهُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ ، رَوَاهُ أَبُو دَاوُودَ ، وَالتَّرْمِذِيُّ 

 

Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Tiga doa yang pasti dikabulkan tanpa ada keraguan di dalamnya: doa orang yang terzalimi, doa musafir, dan doa orang tua terhadap anaknya." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi).

 

8. Anjuran segera kembali kepada keluarga setelah menyelesaikan keperluan

 

9. Anjuran tiba di rumah pada siang hari dan makruhnya pulang di malam hari tanpa keperluan

 

10. Anjuran memulai dengan bersinggah di masjid terdekat saat sampai tujuan, serta melaksanakan shalat dua rakaat. Hal ini disunahkan oleh Nabi SAW sebagaimana dalam hadits berikut:

 

عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَدِمَ مِنْ سَفَرٍ .. بَدَأَ بِالْمَسْجِدِ فَرَكَعَ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.

 

Artinya: Dari Ka‘b bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: "Sesungguhnya Rasulullah ﷺ ketika tiba dari safar (perjalanan), beliau memulai dengan masuk ke masjid lalu shalat dua rakaat di dalamnya." (Muttafaq alaih).

 

11. Larangan perempuan berpergian sendirian
Dari penjelasan terkait adab-adab ini menunjukkan betapa Islam sangat memperhatikan keselamatan, keberkahan, dan kenyamanan dalam perjalanan. Safar bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga merupakan ibadah jika dilakukan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.