• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 2 Mei 2024

Keislaman

Ulama Sembunyikan Ilmu, Ini Sanksinya

Ulama Sembunyikan Ilmu, Ini Sanksinya
Ilustrasi seorang ulama mengajarkan ilmunya kepada para santri (Foto:NOJ/baqiatollah)
Ilustrasi seorang ulama mengajarkan ilmunya kepada para santri (Foto:NOJ/baqiatollah)

Ilmu adalah sebuah pengetahuan melalui proses penalaran yang umumnya didapat dari guru. Harapannya agar ilmu tersebut menjadi penjamin kualitas seorang murid. Tentunya, ilmu harus dipelajari secara komprehensif, tidak setengah-setengah.


Dewasa ini banyak ahli ilmu atau ulama yang menampakkan kepakarannya untuk mengajarkan kepada masyarakat dan membimbingnya sebagai bentuk implementasi dari ayat Al-Qur’an: 


 يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ 


Artinya: Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (QS Al-Mujadalah ayat 11).


Luhurnya derajat ahli ilmu (ulama) memiliki konsekuensi berupa tanggung jawab untuk menyampaikan ilmunya kepada umat, dan tidak terjerumus dalam kebodohan. Lantas bagaimana jika ada ahli ilmu tidak menyampaikan ilmunya kepada masyarakat?


Dalam keterangan kitab Risalatul Muawanah karya Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad halaman 28 tertulis:


وعليك بتعليم الجاهلين وإرشاد الضَّالين وتذكير الغافلين، واحذر أن تذع ذلك قائلاً إنما يعلم ويذكر من يعمل بعلمه وأنا لست كذلك، أو إني لست بأهل للإرشاد لأنه من أخلاق الأكابر، وهذا كله تلبيس من الشيطان؛ فإن العليم والتذكير من جملة العمل بالعلم


Artinya: Hendaklah engkau mengajarkan ilmu kepada masyarakat yang bodoh, menunjukkan jalan lurus bagi mereka yang tersesat dan mengingatkan mereka yang terlena oleh bujuk rayu dunia. Jangan engkau tinggalkan pengajaran itu, seraya berkata: “yang mampu mengajar dan mengingatkan hanyalah ulama yang mengamalkan ilmunya. Sedangkan aku bukanlah orang yang mampu melaksanakannya. Dan aku tak mampu menunjukkan jalan kebaikan pada orang lain, karena kemampuan itu hanya dimiliki oleh para tokoh agama yang berakhlak baik.” Ucapan ini adalah bisikan setan yang selalu menggoda. Pendidikan dan pengarahan merupakan rangkaian amal yang selalu didasari dengan ilmu.


Redaksi ini tentu bukan tanpa alasan, sebab pada kenyataannya memang kerap terjadi demikian, yakni ahli ilmu tidak mengajarkan ilmunya dengan dalih “belum pantas”, sehingga dia menyembunyikan ilmunya. Perbuatan ini oleh Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad ditentang keras. Pasalnya, ucapan demikian adalah salah satu siasat setan agar ahli ilmu tidak berani menyampaikan ilmunya.


Terlebih sanksi berat bagi ahli ilmu yang menyembunyikan ilmu telah disinggung dalam hadis Nabi:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ


Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia ketahui, namun dia menyembunyikannya, maka dia akan diberi tali kekang dari neraka pada hari kiamat. (HR Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)


Dengan demikian sangat jelas bahwa ahli ilmu itu harus mengajarkan dan menyampaikan kepada masyarakat dalam rangka mengarahkan mereka agar menjadi insan-insan yang paham ilmu agama sehingga tidak terjerumus dalam kebodohan. Jika tidak berkenan, maka sanksinya kelak sangat berat.


Keislaman Terbaru