• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Opini

Fakta Sosial Kehidupan Pesantren dan Masyarakat

Fakta Sosial Kehidupan Pesantren dan Masyarakat
Gerbang Pondok Pesantren al-Kamal, Kunir, Blitar. (Foto: NOJ/ Dok. PPT al-Kamal)
Gerbang Pondok Pesantren al-Kamal, Kunir, Blitar. (Foto: NOJ/ Dok. PPT al-Kamal)

Oleh: Asmawi Mahfudz *)


Di bulan Agustus ini adalah momentum bagi warga Indonesia untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Allah dengan mengadakan perayaan-perayaan dengan berbagai kegiatan. Ada yang mengadakan upacara atau apel kebangsaan, istighotsah atau doa bersama, mengadakan lomba-lomba, karnaval kebudayaan, santunan kepada fakir miskin, pengajian umum, dan sebagainya. Ini menunjukkan rasa syukur dan kecintaan warga kepada bangsa yang tercinta, yakni Indonesia. Berkaitan dengan ini, di sekitar Pondok Pesantren al-Kamal Blitar juga diselenggarakan berbagai lomba oleh Paguyuban Perempatan Pondok Pesantren al-Kamal.

 

Perlu diketahui bahwa paguyuban ini awalnya adalah sekelompok warga yang membentuk jadwal jaga malam di sekitar Pondok Pesantren al-Kamal saat pandemi Covid-19. Saat itu masyarakat sekitar Pesantren al-Kamal sepakat untuk membuat jadwal secara bergantian melakukan kegiatan jaga malam setiap hari, yang dimulai pada pukul 22.00 WIB sampai pukul 03.30 WIB.

 

Inisiatif ini kemudian dilaksanakan dengan membuat pos jaga yang bertepatan berada di perempatan sebelah selatan Pondok Pesantren al-Kamal. Akhirnya para anggota menamakan Paguyuban Jaga Malam Perempatan Pesantren al-Kamal. Pada saat berdirinya paguyuban ini sebagai sebuah wadah koordinasi untuk menangani wabah Covid-19 agar tidak sampai menular ke lingkungan pos jaga  dan pondok pesantren. Dengan jaga malam para anggota akhirnya saling bertegur sapa, saling kenal, saling guyon, saling gojlok, saling menolong, saling menasehati, saling tukar informasi, hingga saling bermain. Pada akhirnya geguyuban ini benar-benar terjadi. Memang dalam paguyuban banyak karakter, kepribadian, jamaah yang berbeda, tetapi sebenarnya mereka dapat dipertemukan dengan satu misi kemanusiaan dan kebudayaan.

 

Misi kemanusiaannya adalah mengantisipasi supaya dapat membantu wabah tidak menyebar di lingkungan Pesantren al-Kamal, membantu meringankan warga yang terkena musibah, membantu warga yang mempunyai hajatan keluarga, saling tukar pikiran dari berbagai problem yang sedang dihadapi. Misalnya problem pertanian, pupuk, benih, hama wereng, tikus, harga padar yang tidak menentu, masalah peternakan, kenakalan anak, dan lain sebagainya. Juga warga paguyuban kalau malam juga bermain bersama, ada karambol, domino, remi, menonton TV bersama dan sebagainya.

 

Misi kebudayaannya adalah adanya penjagaan tradisi secara bersama-sama, sebagai karakteristik orang timur. Misalnya terjadinya budaya guyub rukun, budaya musyawarah, budaya bermain, budaya keakraban, budaya saling membantu, budaya saling menghormati, budaya adat, budaya menerima apa adanya atau nriman, budaya sederhana, budaya berkumpul bersama. Maka dalam paguyuban ini seolah menjadi pusat informasi yang terjadi di lingkungan Pesantren al-Kamal. Apapun yang terjadi dilingkungan ini akan cepat tersampaikan kepada warga paguyuban. Misalnya anggota yang sakit, meninggal dunia, anaknya belum pulang, tetangga yang sedang selamatan, undangan hajatan, dan sebagainya.

 

Apalagi kalau saat momentum hari-hari bersejarah nasional atau keagamaan, maka keguyuban masyarakat di sekitar Pesantren al-Kamal ini semakin kental dengan diadakannya kegiatan yang melibatkan semua anggota paguyuban. Misalnya di momen agustusan ini saja mereka mengadakan berbagai acara. Di antaranya dengan dimulai acara baritan memperingati 1 Muharam, kemudian mengadakan musyawarah kegiatan Agustusan, membuat tenda paguyuban dan kursinya, menyelenggarakan lomba-lomba yang mengakomodasi tradisi local, misalnya lomba karambol, remi, balap karung, makan kerupuk, sepak bola terong, nyunggi tampah, lomba kelereng, hingga pingpong atau tenis meja. Juga diadakan acara tirakatan denngan membawa makanan bersama, kegiatan panggung rakyat yang diisi dengan pembagian doorprize diiringi dengan grup musik.

 

Dalam kegiatan ini tidak kurang 200 anggota paguyuban serta keluarga masing-masing menyaksikan acara di perempatan. Tempat seadanya, duduk bersama, guyon bersama, makan seadanya, akhirnya semua masyarakat tertawa semua, bersyukur semuanya kepada Allah, telah ditakdirkan menjadi hamba-hamba yang gembira dapat mensyukuri kemerdekaan dan berbagai nikmat Allah.

 

Patut dicatat bahwa menjadi orang yang gembira itu belum tentu dapat dialami oleh semua orang. Gembira sebagai ekspresi kebahagiaan yang ditandai dengan tawa, bukanlah sebuah nikmat yang murah. Ini adalah nikmat dari Allah dikarenakan sehat lahir batin, sehat pikiran, sehat pribadi, juga sehat lingkungan. Tanpa adanya sehat lingkungan sekitar Pesantren al-Kamal, belum tentu dapat tertawa sebagaimana yang dialami warga paguyuban perempatan al-Kamal. Sebagaimana firman Allah:

 

قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ

“Katakanlah (Muhammad), “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”…

 

Dari sini dapat dikatakan bahwa masyarakat sekitar Pesantren al-Kamal adalah orang-orang bahagia, dengan ditandai mereka dapat tertawa bersama-sama, dan tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga dapat membuat saudara dan lingkungannya tertawa. Dalam sebuah dawuh dikatakan, sebagian dari tanda orang yang bahagia adalah dapat berkumpul dengan orang-orang baik (shalih).

 

Dari perspektif Pesantren al-Kamal dengan adanya paguyuban ini dinilai sangat bermanfaat, baik secara internal pesantren maupun eksternal lingkungan pesantren. Dari sisi internal Pesantren al-Kamal paguyuban ini dapat membantu pesantren dalam menjaga keamanan dan kondusifitas lingkungan. Dengan lingkungan yang bahagia, tentram, aman dapat membuat pesantren nyaman dan aman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan baik kegiatan pendidikan atau yang lain. Pernah suatu ketika ada santri yang keluar malam melanggar aturan pesantren, yang mengetahui dan menangkap santri untuk dikembalikan ke pesantren adalah warga sekitar. Artinya warga sekitar juga ikut perhatian terhadap peraturan-peraturan yang berlaku untuk santri di dalam pesantren.

 

Dari sisi eksternal, dengan adanya paguyuban ini pesantren dapat mempunyai wadah untuk bekerja sama, berbaur, dan bergaul dengan masyarakat. Sehingga antara masyarakat dan pesantren saling menyapa, saling membantu, saling bertukar pikiran, bersama-sama hidup sebagai hamba Allah, juga sebagai warga paguyuban perempatan Pesantren al-Kamal. Dengan saling mengisi antara pesantren dan masyarakat, terciptalah tatanan kehidupan  warga yang harmonis, sakinah keluarganya, berkah rizkinya, luas wawasannya. Pada akhirnya semoga akan menjadi miniatur dari firman Allah: “Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur”, sebuah desa yang makmur dalam naungan ridha Allah SWT. Amin.

 

*) Asmawi Mahfudz, pengajar UIN Sayyid Ali Rahmatullah, fungsionaris NU Kabupaten Blitar, dan Pengasuh Pondok Pesantren al-Kamal Kunir Blitar.


Opini Terbaru