• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Risalah Redaksi

Hari Raya dan Garansi bagi Perbaikan Negeri

Hari Raya dan Garansi bagi Perbaikan Negeri
Ramadhan diharap mengisi perjalanan demi khidmah terbaik di negeri ini. (Foto: NOJ/NGe)
Ramadhan diharap mengisi perjalanan demi khidmah terbaik di negeri ini. (Foto: NOJ/NGe)

Setelah ditempa selama sebulan dengan aneka ibadah, akhirnya umat Islam merayakan hari kemenangan. Lantunan tasbih, tahmid dan takbir menggema di seluruh penjuru negeri. Suasana kemudian berubah dengan penuh suka cita.


Sebelumnya, pergerakan penduduk juga telah terjadi dengan diperbolehkannya mudik ke kampung halaman. Kemacetan yang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari tradisi mudik terpantau di sejumlah ruas. Antusias warga yang selama dua kali lebaran tidak dapat dirayakan di kampung halaman, akhirnya tumpah tahun ini.


Namun di luar itu semua, kegiatan mudik dengan beragam kisahnya menjadi pelengkap keharuan warga bertemu keluarga dan sahabat untuk meminta maaf. Hal tersebut demi memastikan bahwa segala kesalahan di masa lalu untuk diikhlaskan.


Ajang Pertaruhan
Ada makna yang menarik untuk diungkap pada momentum hari raya kali ini. Pertama, bagi penyelenggara negara. Bahwa tradisi Syawal dengan sejumlah pirantinya adalah tradisi tahunan. Dengan demikian, pemerintah hendaknya dapat menampilkan performa terbaik sebagai pelayan masyarakat. 


Sejumlah masalah yang sebenarnya telah dideteksi sejak tahun-tahun sebelumnya, harusnya dicarikan solusi yang cerdas. Harusnya tidak ada warga yang mengeluhkan layanan selama mudik berlangsung. Baik itu sarana dan prasarana yang selalu menjadi topik mengenaskan dengan tanpa solusi yang menggembirakan. Penumpukan atau lebih tepatnya prahara macetnya jalan selama waktu demikian lama, sejatinya harus telah diantisipasi dan dicarikan solusi terbaik. Demikian pula kebutuhan publik lainnya, semestinya ditangani dengan lebih sigap dan solutif.


Masalah kemacetan dan beberapa keluhan langganan selama mudik mengingatkan bangsa ini bahwa banyak hal yang tidak direncanakan dengan baik. Padahal kondisi tersebut ada dan datang dalam waktu yang pasti. Semisal masalah banjir yang selalu dikeluhkan kala musim penghujan. Demikian pula kekurangan air bersih di kawasan tertentu ketika kemarau datang. Sekali lagi, hal tersebut selalu datang dan waktunya telah diprediksi. 


Namun yang menjadi kegalauan warga, mengapa kejadian langganan tersebut selalu terjadi dan terus berulang tanpa penanganan yang membanggakan? Belum lagi problem lain yang hampir selalu menghiasi perjalanan negeri selama bertahun-tahun. Bangsa ini, setidaknya para penyelenggaranya seolah terjerembab di lobang yang sama, berkali-kali dan berulang-ulang. Padahal dalam sebuah pesannya, Nabi Muhammad mengingatkan bahwa siapa saja yang prestasi hari ini sama seperti kemarin, maka termasuk kalangan yang merugi. 


Kita adalah bangsa yang sangat rugi lantaran mengulang kembali kesalahan serupa di masa-masa mendatang. Perjalanan waktu ternyata tidak mampu mendewasakan diri dan memberikan solusi terbaik bagi perjalanan negeri ini. Akibatnya, banyak warga yang dikorbankan lantaran penyelenggaranya gagal dalam memberikan solusi atas problem musiman yang terjadi.


Bagaimana kalau masalah yang datang ternyata belum pernah ada sebelumnya? Tentu akan semakin kelabakan. Dan saat cara yang diambil ternyata tidak solutif, maka yang akan menjadi korban pertama adalah warga. Sungguh, bangsa ini harusnya menyadari hal tersebut, dan tidak main-main dengan ikhtiar yang dipilih. Buat warga kok coba-coba, demikian meminjam bahasa salah satu iklan produk.


Hal tersebut sangat terlihat dari kebingungan negara saat merespons penyebaran Covid-19. Banyak pengumuman yang disampaikan penyelenggara negara yang ujung-ujungnya bukan malah mendamaikan, justru membuat panik. Sungguh, hal ini sangat disayangkan karena menyangkut nyawa dan keselamatan manusia. Bukankah dalam Islam telah disampaikan bahwa siapa yang menyelamatkan nyawa seseorang, maka sama dengan menyelamatkan banyak manusia. 


Yang kedua, kondisi serupa juga akan kembali kepada masyarakat. Bahwa masalah yang telah menimpa bangsa ini secara ajeg, hendaknya juga diantisipasi dengan baik. Sama seperti yang ideal harus dilakukan pemerintah dan penyelenggara negara, hal tersebut juga berlaku bagi masyarakat dengan memiliki kearifan dalam merespons kejadian musiman. 


Sebenarnya telah banyak yang dilakukan penyelenggara negara demi mengurai masalah yang ada. Namun keberadaan perangkat tersebut menjadi sia-sia kalau masyarakat sendiri justru tidak taat. Beberapa pengumuman terkait bagaimana keluar dari permasalahan kemacetan dan masalah lain sebenarnya telah dilakukan, namun hal tersebut tidak terlampau diindahkan. Kondisi ini kerap terjadi. Masyarakat tidak memiliki ketaatan yang memadai untuk bisa keluar dari masalah yang kerap melilit tersebut.


Hal ini diperparah dengan kegemaran warga tidak mencari informasi dari sumber yang layak dipercaya. Yang justru diikuti adalah pesan beranta di sejumlah platform media sosial yang validitasnya diragukan. Sehingga hal tersebut membuat warga terjebak dalam informasinya yang salah. Dengan demikian, kecerdasan digital dengan menyerap informasi dari pihak yang dapat dipercaya harus menjadi model di masa mendatang. 


Pada saat yang bersamaan, pemerintah juga harus bersaing secara jantan dengan menjadikan sumber informasinya benar-benar menjadi rujukan. Tidak bisa kemudian menyalahkan warga karena mengakses informasi yang kurang tepat, karena sajian kabar dari pemerintah kurang menarik dan sejenisnya. 


Di era saat itu, persaingan demikian terbuka. Agar sumber informasi ingin menjadi rujukan, maka sejumlah perbaikan harus dilakukan. Sumber daya manusia dan penguasaan terhadap optimalisasi informasi juga menjadi sebuah keharusan yang tidak dapat dibantah.
Dapat dibayangkan kalau kedua komponen di negeri ini saling bersinergi, maka sejumlah masalah bangsa akan bisa diurai dengan efektif dan terukur. Dan tempaan Ramadhan selama sebulan dengan aneka ibadah, utamanya puasa harusnya mendewasakan bangsa ini. Dewasa dalam membaca masa depan dengan solusi terbaik, berdasarkan pengalaman masa lalu. Seperti puasa yang memberikan garansi lahirnya insan bertakwa, demikian pula ibadah mahdlah lainnya yang memastikan lahirnya manusia terbaik usai ditempa. Shalat misalnya, akan menjadi jaminan bagi lahirnya orang yang menjauhi perbuatan keji dan mungkar.


Sehingga, tidak berlebihan kiranya kalau umat Islam dan bangsa Indonesia berharap besar bagi lahirnya insan terbaik usai ditempa selama Ramadhan. Manusia baru yang memiliki kepekaan dan mampu membaca perkembangan zaman dengan penyikapan yang lebih bijak. Dan hal itulah yang hendaknya menjadi kesadaran kolektif dari penyelenggara negara dan warganya. Tanpa kebersamaan, sangat sulit bangsa ini akan keluar sebagai pemenang dalam persaingan global.


Sekali lagi, banyak yang bisa ditambatkan dari tempaan Ramadhan lalu yang saat ini harus dibuktikan kala memasuki Syawal dan bulan berikutnya di masa mendatang. Belum tentu kita dipertemukan dengan Ramadhan mendatang, karenanya tidak ada pilihan lain kecuali menunjukkan diri sebagai insan terbaik sebagai buah dari tempaan Ramadhan. 


Selamat merayakan hari raya Idul Fitri, dan pastikan kita berhak menyandang hamba pemenang. Semoga mampu mengisi perjalanan di sisa usia dengan khidmah terbaik sebagai buah dari tempaan Ramadhan. Bila boleh berharap, semoga tahun depan masih dipertemukan kembali dengan Ramadhan demi memastikan akan lahir insan terbaik dan pemenang sejati.


Risalah Redaksi Terbaru